OLEH : MUBAROK,S.Ag
A.Pengertian Suul Khotimah
A.Pengertian Suul Khotimah
Su-un
artinya “Buruk”, Alkhotimah artinya “ akhir”. Jadi Suul khotimah artinya adalah
“Buruk akhirnya”.
Maksudnya
adalah “seseorang yang pada waktu akhir
hidupnya (wafatnya) dalam keadaan buruk
islam, iman dan ihsanya”.
Su’ul
khatimah (akhir yang buruk) adalah, meninggal dalam keadaan berpaling dari
Allah Azza wa Jalla, berada di atas murkaNya serta meninggalkan kewajiban dari
Allah.
Tidak
diragukan lagi, demikian ini akhir kehidupan yang menyedihkan, selalu
dikhawatirkan oleh orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah menjauhkan kita
darinya.
B.Dalil tentang Mati Suul Khotimah.
Hadits Nabi Saw :
فَوَالَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُه
إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا
يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ
فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ
بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا
Artinya
: Maka demi Alloh yang tiada tuhan selain-Nya, sesungguhnya ada diantara
kamu yang melakukan amalan penduduk surga dan amalan itu mendekatkannya ke
surga sehingga jarak antara dia dan surga kurang satu hasta, namun karena
taqdir yang telah ditetapkan atas dirinya, lalu dia melakukan amalan penduduk
neraka sehingga dia masuk ke dalamnya. Dan sesungguhnya ada seseorang diantara
kamu yang melakukan amalan penduduk neraka dan amal itu mendekatkannya ke
neraka sehingga jarak antara dia dan neraka hanya kurang satu hasta, namun
karena taqdir yang telah ditetapka atas dirinya, lalu dia melakukan amalan
penduduk surga sehingga dia masuk ke dalamnya.” (HR. Muslim)
C.Penyebab Mati Khusnul Khotimah
Ada beberapa Penyebab seseorang
mati dalam keadaan Suul Khotimah, diantaranya adalah :
1.Karena di dalam
I’tikadnya ada bid’ah, yang bertentangan dengan I’tikad yang dibawa oleh Rasulullah SAW, sahabat dan
tabi'iinya. Ia memang rajin solatnya, rajin membaca Al-Quran,
sampai kata Rasulullah (tentang khawarij itu) :"Membaca Al-Quran
lebih rajin dari kamu (para sahabat) dan solatnya lebih rajin daripada kamu;
sampai masing-masing jidadnya(dahinya) hitam , tapi mereka membaca
Al-Quran tidak sampai ke lubuk hatinya dan solatnya tidak diterima oleh Allah swt."
Oleh karena itu I’tikod bid'ah di dalam hati adalah sangat
berbahaya, seperti mengi’tikodkan bahwa Allah itu seperti makhluk,
Misalnya : betul-betul duduk dalam Arash, padahal Allah itu Laitsa
kamitslihi syai'un “ tidak sama dengan segala sesuatu”.
Kelak apabila pintu hijab itu telah terbuka, maka
dapatlah diketahui bahwa Allah itu tidaklah sebagaimana yang kau lukis dalam
hati, akhirnya nanti akan ingkar kepada Allah. Nah di kala itu ia
akan mati dalam Suul Khotimah. Kelak kalau orang sudah sakaratulmaut dan
terbuka hijab, baru menyadari bahwa urusan ini demikianlah sebenarnya.
Kalau tidak sama dengan apa yang ditekadkan dalam
hatinya, dia akan bingung. Nah, dalam keadaan begitu dia
matinya dalam Suul Khotimah, meskipun amal-amalnya baik,
nauzubillah. Maka yang paling penting itu adalah iktikad.
Tiap-tiap orang yang salah iktikad karena pemikirannya
sendiri atau karena ikut-ikutan pada orang lain, ia jatuh dalam bahaya
ini. Kesholehan dan kezuhudan serta tingkah laku yang baik, juga
tidak mampu untuk menolak bahaya ini.
Termasuk bid’ah dalam tauhid adalah : mayakini bahawa amal
perbuatan kita adalah timbul dari kekuatan kita sendiri yang memberi bekas
(Taktsir), tidak percaya dengan alam barzah, surga & Neraka.
2.Lemah
Iman dan Hubbud-dunya.
Sudah imannya lemah, dikuasai pula oleh
hubbud-dunya. Mementingkan diri sendiri dalam soal-soal keduniawian itu
artinya hubbu-dunya. Kalau iman sudah lemah, cinta kepada Allah
juga jadi lemah, dan kuat cintanya kepada dunia yang berarti mementingkan
diri sendiri dalam soal-soal keduniawian. Akhirnya kalau sudah dikuasai
betul-betul hubbud dunya, tidak ada tempat untuk cinta kepada Allah
S.W.T.
Hanya itu saja yang terlintas dihati; Oh, cinta
kepada Allah, Allah pencipta diriku. Tapi pengakuan ini hanya merupakan
hiasan bibir batin saja. Hal inilah yang meyebabkan dia terus menerus
melampiaskan syahwatnya, sehingga hatinya menghitam dan membatu,
bertumpuk-tumpuk kegelapan dosa itu dihatinya. Imamnya semakin
lama, semakin padam; akhirnya hilang sama sekali dan jadilah ia
kufur, hal ini sudah menjadi tabiat.
Firman Allah S.W.T. yanga rtinya "Hati mereka itu
sudah dicap, jadi mereka tidak bisa mengerti".
Dosa mereka merupakan kotoran yang tidak bisa dibersihkan
dari hatinya. Kalau sudah datang sakaratul maut, maka cinta mereka kepada
Allah semakin lemah, sebab mereka merasa berat dan sedih meninggalkan
dunianya, karena keduniawian sudah menguasai diri mereka. Setiap
orang yang meninggalkan kecintaannya tentu akan merasa sedih lalu timbul dalam
fikirannya :"Kenapa Allah mencabut nyawaku ?"
Kemudian berubah hati murninya, sehingga dia membenci
takdir Allah. Kenapa Allah mematikan aku dan tidak memanjangkan umurku
? Kalau matinya dalam keadaan demikian, maka ia mati dalam keadaan
Suul Khotimah, naudzubillah.
D.Contoh orang mati Suul khotimah karena Hubbud-dunya.
1. Imam Alhafidz Adz Dzahabi rahimahullah berkisah bahwa : “ada
seorang yang bergaul dengan pecandu khamr, maka saat ajal akan tiba, dan ada
seseorang yang datang untuk mengajarinya syahadat, ia malah mengatakan :
“Minumlah dan beri aku minum,” kemudian ia meninggal.
2. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah juga bercerita mengenai “seseorang
yang diketahui gemar musik dan mendendangkannya. Tatkala wafat menjemputnya,
dia diingatkan, katakanlah :لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ , (tetapi) dia justru mulai
mengigau dengan lagu sampai kemudian mati tanpa mengucapkan kalimat tauhid.
3. Imam Ibnu qoyim bercerita lagi : “Sebagian pedagang
mengabarkan kepadaku tentang karib-kerabatnya yang hampir meninggal, sementara
mereka di sisinya. Mereka mentalkinkan لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ , namun ia
mengigau “ini murah, ini barang bagus, ini begini dan begitu,” sampai ia
meninggal dan tanpa bisa melafazhkan kalimat tauhid”.
4.Imam ghozali dalam Kitab Ihya juga berkisah “ada tukang
jahit yang pada waktu sakarotul mautnya menggerakkan jari jari tanganya seperti
sedang memasukan benang kedalam jarum, dan meninggal dunia dalam keadaan seperti
itu”.
E.Doa Memohon Husnul Khotimah
ALLOHUMMAKHTIM LANAA BIHUSNIL KHOOTIMAH,
WALAA TAKHTIM 'ALAINA BI SUU-IL KHOOTIMAH
Artinya : "Ya Alloh, akhirilah hidup kami dengan husnul khotimah, dan jangan Engkau akhiri
hidup kami dengan suul khotimah"
اَللهُمَّ اجْعَلْ
خَيْرَ عُمْرِىْ وَخَيْرَ عَمَلِىْ خَوَاتِمَهُ وَخَيْرَ اَيَّامِىْ يَوْمَ
لِقَآئِكَ
Artinya :Ya Allah! Jadikanlah
sebaik-baik umurku hingga akhirnya, dan sebaik-baik perbuatanku hinggaa kesudahannya
dan sebaik-baik masaku hingga menjumpaiMu.
Tanbih dan Kisah nyata ; Pemuda Sholih mati
Suul Khotimah.
Salah seorang
pelaut mengisahkan kepadaku sebuah kisah yang pernah terjadi di kapal mereka.
Ia berkisah: Kami berlayar di atas kapal mengitari berbagai negeri untuk
mencari rizki. Pada sebuah perjalanan, kami ditemani oleh seorang pemuda yang
shalih, tulus hatinya, baik budi pekertinya. Kami melihat pancaran ketakwaan
yang memancar dari wajahnya, cahaya dan keceriaan tergambar pada kehidupannya.
Kami tidak melihatnya kecuali dalam keadaan wudhu, shalat, atau dalam keadaan
memberikan nasihat dan arahan. Jika telah datang waktu shalat, dia adzan untuk
kami dan shalat memimpin kami. Jika salah seorang di antara kami tertinggal
atau terlambat dia menegur dan menasihatinya. Kami senantiasa dimanjakan dengan
nasihat-nasihatnya sepanjang perjalanan kami. Lautpun mengantarkan kami menuju
sebuah pulau dari kepulauan di India, kemudian kami pun berlabuh di sana. Sudah
menjadi kebiasaan para pelaut, menjadikan hari-hari berikutnya sebagai untuk
beristirahat, setelah penatnya perjalanan jauh. Mereka berjalan-jalan di
pasar-pasar kota untuk membeli barang-barang asing yang mereka temukan sebagai
oleh-oleh untuk keluarga dan sanak saudara. Kemudian mereka kembali ke kapal di
malam hari. Diantara mereka ada beberapa orang yang terjerumus ke dalam
kesesatan. Mereka pergi ke tempat-tempat permainan, mengumbar hawa nafsu ke
tempat-tempat hina dan pelacuran. Sedangkan pemuda shalih tersebut sama sekali
tidak turun dari kapal, bahkan dia menghabiskan hari-harinya untuk membenahi
kapal dan apa saja yang dibutuhkan untuk diperbaiki. Demikian pula ia sibukkan
dirinya dengan berdzikir, membaca al-Qur an dan shalat. Pada suatu ketika, saat
pemuda tersebut sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tiba datanglah salah seorang
awak kapal yang termasuk orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan
melakukan segala perbuatan yang berseberangan dengan amal-amal shalih, dan
berakhlak dengan akhlak yang rendah.
Dia berbisik
kepadanya seraya berkata, ”Wahai sahabatku, kenapa engkau berdiam diri di kapal
tidak menyertai kami? Kenapa engkau
tidak turun hingga melihat dunia yang bukan duniamu? Kamu akan melihat apa-apa
yang bisa menyenangkan hatimu, dan menggembirakan jiwamu! Aku tidak berkata
kepadamu, mari menuju tempat-tempat pelacuran, tidak juga ke tempat-tempat
kebinasaan dan kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi marilah,
lihatlah kepada tempat-tempat permainan ular, bagaimana bermain-main dengan
ular, melihat kepada penunggang gajah, bagaimana dia menjadikan belalainya
sebagai tangga kemudian dia naik dengan kedua kaki dan tangannya hingga
mendirikannya di atas satu kaki. Lihatlah kepada orang yang berjalan diatas
paku, orang yang mengunyah bara api seperti mengunyah huah-buahan, orang yang
meminum air laut yang menyegarkannya seperti air tawar menyegarkannya. Wahai
saudaraku turunlah, dan lihatlah manusia." Maka jiwa pemuda itupun
tergerak rindu terhadap apa yang ia dengar. Maka dia berkata, ”Apakah yang kamu
sebutkan memang ada diluar sana?’ Maka berkatalah teman yang buruk tersebut,
‘Ya, turunlah, lihatlah apa yang bisa menyenangkanmu’. Maka turunlah pemuda
shaleh tersebut bersama dengan temannya. Keduanya berjalan-jalan di pasar kota
dan berbagai sudut jalan hingga masuk ke sebuah jalan kecil yang sempit.
Keduanya sampai di penghujung jalan didepan sebuah rumah kecil. Temannya masuk
ke dalam rumah tersebut dan meminta kepada pemuda tadi untuk menunggunya dan
berkata, ”Sebentar lagi aku akan mendatangimu, tetapi kamu jangan mendekat ke
rumah itu.” Duduklah pemuda tersebut jauh dari pintu. Dia habiskan waktunya
membaca dan berdzikir. Tiba tiba, dia mendengar suara tawa keras
terbahak-bahak, dan terbukalah pintu yang tadi dimasuki oleh temannya dan
keluarlah seorang wanita yang telah melepaskan rasa malu dan menanggalkan
akhlaknya. Sang pemuda tergerak hatinya, diapun mendekat ke pintu dan memasang
pendengarannya untuk mengetahui apa yang ada dalam rumah. Tiba-tiba dia
mendengar suara yang lain, kemudian dia melihat dari celah-celah pintu,
pandangan diikuti dengan pandangan yang lainnya, terus bergantian. Dia melihat
sesuatu yang tidak biasa dan belum pernah ia lihat sebelumnya. Kemudian dia
kembali ke tempatnya. Saat temannya keluar, pemuda tersebut segera menemuinya
dan berkata, “Apa ini?! Celaka kamu! Ini adalah perkara yang dimurkai Allah,
dan tidak Dia ridhai.” Temannya menghardik, ‘Diamlah, wahai orang buta, wahai
orang yang dungu, ini bukan urusanmu.” Kemudian perawi kisah ini mengatakan,
“Maka merekapun kembali ke kapal, di akhir-akhir malam. Sementara sang pemuda
terjaga tidak bisa tidur sepanjang malam. Pikirannya sibuk mengurai apa yang
telah dilihatnya. Panah setan telah menguasai hatinya, pemandangan tersebut
telah menguasai batinnya. Belum lagi matahari terbit, fajar belum menyingsing
tetapi pemuda menjadi orang pertama yang turun dan kapal, dalam benaknya tidak
ada maksud lain kecuali hanya melihat-lihat, tidak ada keinginan lain kecuali
hanya untuk melihat saja. Maka pergilah dia ke tempat tersebut, selesai melihat
yang ini ia lanjutkan melihat yang itu dan begitu seterusnya melihat dari satu
pemandangan ke pemandangan lainnya, hingga akhirnya ia berani membuka pintu dan
menghabiskan waktunya di tempat tersebut. Hari berganti hari, sementara dirinya
dalam keadaan demikian." Nahkoda kapal mencari-carinya, dan bertanya,
‘Dimana muadzdzin (tukang adzan) kita? Di mana imam shalat kita? Di mana pemuda
shalih tersebut?” Tidak ada satu pelautpun yang menjawabnya. Sang nahkoda memerintahkan
anak buahnya untuk berpencar mencarinya. Hingga sampailah kabar kepada sang
nahkoda berita tentang pemuda shalih dari orang yang pergi menunjukkannya ke
tempat maksiat tersebut. Sang nahkoda meminta orang itu menghadap, ia memaki
dan memarahinya seraya berkata: “Tidakkah kamu bertakwa kepada Allah, dan takut
adzabnya? Segera pergi ke sana dan bawa Ia kemari!”. Maka pergilah dia menuju
pemuda tersebut, berulang kali, akan tetapi sia-sia. Orang tidak bisa membawa
sang pemuda karena dia menolak dan tidak mau pulang bersama mereka. Maka tidak
ada cara lain, pemimpin kapal akhimya mengutus beberapa orang untuk memaksanya
kembali. Merekapun meringkusnya secara paksa, dan membawanya kembali pulang ke
kapal, Perawi kisah ini melanjutkan, “Kapal tersebut berlayar kembali menuju ke
negeri asalnya. Para pelaut kembali kepada pekerjaan mereka masing-masing,
sementara sang pemuda berada di sisi kapal dalam keadaan menangis menyesali
nasib, merintih-rintih hingga hampir putus urat nadinya karena kerasnya
tangisan. Para awak kapal menghidangkan makanan untuknya, namun ia tidak mau
memakannya. Selama beberapa hari demikianlah yang terjadi padanya. Kondisinya
semakin memprihatinkan." Pada suatu malam, tangis dan rintihannya semakin
menjadi-jadi, tidak ada satu orangpun dan awak kapal yang bisa tertidur. Maka
nahkoda kapal mendatanginya dan berkata,“Wahai pemuda, bertakwalah kepada
Allah, ada apa denganmu? Sungguh rintihanmu itu mengganggu kami, kami tidak
bisa tidur, duhai engkau apa gerangan yang menjadikanmu berubah seperti ini?”
Pemuda itupun menjawab sambil menahan sakit, “Tinggalkan aku sendirian, sungguh
aku tidak mengetahui apa yang menimpaku.” Maka berkatalah nahkoda tersebut,
"Apa yang menimpamu?”
Kemudian sang
pemuda menyingkap pakaian dan auratnya, ternyata belatung-belatung tengah
berjatuhan dari kemaluannya. Bukan main terkejutnya sang Nahkoda, tubuhnya
gemetar ketakutan menyaksikan hal itu, ia berkata, ”A’udzubillahi min hadza
(Aku berlindung kepada Allah dari yang demikian).” Kemudian ia berdiri
meninggalkan pemuda tersebut. Sesaat sebelum fajar, awak kapal terbangun oleh
suara keras yang memanjang, mereka segera berlari berhamburan menuju ke sumber
suara dan mereka mendapati pemuda tersebut telah meninggal dalam keadaan
menggigit kayu kapal, awak kapal mengucapkan kalimat istirja’ (innalillahi wa
innailaihi raji’un) dan berdo’a memohon kepada Allah khusnul khatimah bagi
pemuda tersebut. Maka jadilah kisah ini sebagai pelajaran bagi orang yang
mengambil pelajaran. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah dan
tidak ada benteng yang terbaik yang melindungi kita dari nafsu setan serta
fitnah dari tempat-tempat maksiat kecuali atas izin dan pertolongan-Nya.
Marilah kita bersama-sama menjaga hati dan pandangan dari gambar-gambar atau
film tak senonoh karena jika mata sudah terbiasa melihat hal demikian, maka
hati akan menjadi beku dan mendorong naluri serta akal untuk mencari-cari cara
menyalurkan dorongan seksual kedalam bentuk perbuatan yang negatif.
Demikian, yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita semua.
Demikian, yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar