Selasa, 07 Juni 2016

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA YG SUDAH WAFAT


OLEH : MUBAROK,S.Ag

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Banyak orang mengira bahwa berbakti kepada kedua orang tua itu hanya sebatas waktu mereka hidup didunia ini saja, padahal kewajiban berbakti itu tetap harus dilaksanakan sekalipun orang tua sudah meninggal dunia.
Lalu bagaimanakah caranya berbakti kepada orang tua  yang sudah  meninggal dunia ?
Untuk menjawab pertanyaan ini, Mari kita ikuti sebuah Hadits dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi, ia berkata :
بَيْنَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِى سَلِمَةَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَقِىَ مِنْ بِرِّ أَبَوَىَّ شَىْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا قَالَ « نَعَمِ الصَّلاَةُ عَلَيْهِمَا وَالاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِى لاَ تُوصَلُ إِلاَّ بِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا ».
Artinya : “Suatu saat kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu ada datang seseorang dari Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya (masih tetap ada bentuk berbakti pada keduanya, pen.). (Bentuknya adalah) mendo’akan keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban).
Berdasarkan hadits diatas dan hadits hadits lain maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa cara berbakti kepada orang tua yang sudah wafat itu ada  banyak caranya, diantaranya  :
1.                1.    الصَّلاَةُ عَلَيْهِمَا    (Selalu Mendo’akan kedua orang tua yang sudah wafat tersebut).hususnya doa supaya segala kesalahan dan dosanya diampuni, dan segala amal sholihnya diterima oleh Alloh Swt, dihindarkan dari Adzab neraka, kemudian dimasukkan ke Surganya Alloh Swt.  
  1. وَالاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا  ( Selalu memohon kepada Allah supaya dosa kedua orang tua kita diampuni semuanya baik yang kecil ataupun yang besar).
  2. وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا  (Memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia).
  3. وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِى لاَ تُوصَلُ إِلاَّ بِهِمَا (Menjalin hubungan silaturahim dengan keluarga dekat keduanya yang tidak pernah terjalin).
  4. وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا  (Memuliakan teman dekat keduanya).
Contoh : Diririwayatkan bahwa  “Apabila Ibnu ‘Umar pergi ke Makkah, beliau selalu membawa keledai sebagai ganti unta apabila ia merasa jemu, dan ia memakai sorban di kepalanya. Pada suatu hari, ketika ia pergi ke Makkah dengan keledainya, tiba-tiba seorang Arab Badui lewat, lalu Ibnu Umar bertanya kepada orang tersebut, “Apakah engkau adalah putra dari si fulan?” Ia menjawab, “Betul sekali.” Kemudian Ibnu Umar memberikan keledai itu kepadanya dan berkata, “Naiklah di atas keledai ini.” Ia juga memberikan sorbannya (imamahnya) seraya berkata, “Pakailah sorban ini di kepalamu.”
Salah seorang teman Ibnu Umar berkata kepadanya, “Semoga Allah memberikan ampunan kepadamu yang telah memberikan orang Badui ini seekor keledai yang biasa kau gunakan untuk bepergian dan sorban yang biasa engkau pakai di kepalamu.” Ibnu Umar berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِنْ أَبَرِّ الْبِرِّ صِلَةَ الرَّجُلِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ بَعْدَ أَنْ يُوَلِّىَ
Artinya :“Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti (berbuat baik) adalah seseorang menyambung hubungan dengan keluarga dari kenalan baik ayahnya setelah meninggal dunia.” Sesungguhnya ayah orang ini adalah sahabat baik (ayahku) Umar (bin Al-Khattab).
  1. Bersedekah atas nama orang tua yang telah tiada. Sesuai dengan Hadits dari Nabi saw yang berbunyi :
7.    أَنَّ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ – رضى الله عنه – تُوُفِّيَتْ أُمُّهُ وَهْوَ غَائِبٌ عَنْهَا ، فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّى تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا ، أَيَنْفَعُهَا شَىْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا قَالَ « نَعَمْ » . قَالَ فَإِنِّى أُشْهِدُكَ أَنَّ حَائِطِى الْمِخْرَافَ صَدَقَةٌ عَلَيْهَا
Artinya : “Sesungguhnya ibu dari Sa’ad bin ‘Ubadah radhiyallahu ‘anhu meninggal dunia. Sedangkan Sa’ad pada saat itu tidak berada di sisinya. Kemudian Sa’ad mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal, sedangkan aku pada saat itu tidak berada di sampingnya. Apakah bermanfaat jika aku menyedekahkan sesuatu untuknya?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Iya, bermanfaat.’ Kemudian Sa’ad mengatakan pada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Kalau begitu aku bersaksi padamu bahwa kebun yang siap berbuah ini aku sedekahkan untuknya’.” (HR. Bukhari )

7    7.    Berusahalah jadi orang yang selalu beribadah dan taat kepada Alloh swt dibumi ini. Sebab apabila kita selalu berbuat baik didunia ini maka orang tua kita yang sudah wafat akan selalu memperoleh bagian pahala yang selalu kita perbuat, sebab salah satu pahala yang terus mengalir kepada orang tua yang sudah wafat adalah ketika  orang tua itu memiliki anak yang sholih.

8    8.    Berusahalah jadi orang yang tidak bermaksiat kepada Alloh Swt; sebab ketika orang tua yang meninggal dunia itu meninggalkan anak yang masih senang berbuat maksiat, maka orang tua kita akan memperoleh pertanggung jawaban yang sangat berat dihadapan Alloh swt.

Dizaman sekarang ini banyak orang tua  yang shaleh namun memiliki anak yang suka berbuat maksiat. Hal ini bisa terjadi karena faktor dari si anak sendiri dan lingkungan mereka. Hal ini berpotensi membawa anak tersebut masuk ke jurang neraka di akhirat kelak.

Namun, tidak hanya akan menyeret dirinya sendiri, anak tersebut juga bisa membuat orang tua yang sudah divonis akan masuk surga akhirnya batal dan justru terjerumus ke dalam neraka.
Ada Riwayat yang menyatakan bahwa :“Telah dikabarkan kepada kami bahwa seorang anak akan tergantung di leher ayahnya pada hari kiamat nanti. Lalu dia berkata: ‘Wahai Rabbku, ambillah hakku dari orang yang mendhalimiku ini!’ Sang ayah berkata: ‘Bagaimana aku mendhalimimu, sedangkan aku telah memberimu makan dan pakaian?’ Sang anak berkata: ‘Benar, engkau telah memberiku makan dan pakaian, tetapi engkau melihatku melakukan maksiat dan engkau tidak melarangku.'” (Dikutip dari Majalah Az-Zahur, Sya’ban 1420 H)

Dalam akhir pembicaraan ini saya mengajak, marilah kita berusaha untuk menjadi anak anak yang berbakti kepada Orang tua sekalipun mereka sudah tiada, dengan cara seperti yang sudah kita bicarakan diatas.  Dan denagn menjadi anak yang berbakti maka kita akan menjadi orang yang selamat didunia dan akhirat  seperti yang dijanjikan oleh Nabi saw dalam haditsnya yang berbunyi :
الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ
Artinya : “Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu atau kalian bisa menjaganya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah &  Ahmad).

Selain itu, jika kita berbakti kepada kedua orang tua, maka kelak anak anak kita juga akan berbakti kepada kita, sesuai dengan Hadits Nabi Saw :

بِرُّوْا آبَاءَكُمْ تَبِرَّكُمْ أَبْنَاؤُكُمْ وَ عِفُّوْا تَعِفَّ نِسَاؤُكَمْ
      Artinya : “Berbaktilah pada orang tuamu, maka anak-anakmu akan berbakti kepadamu” (HR. Thabrani dari Ibnu Umar)
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita semua.

                                                       بِاللهِ التَّوْفِقُ وَالْهِدَايَةُ
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

                                                                                                               



Tidak ada komentar:

Posting Komentar