Oleh
: MUBAROK,S.Ag
A.Pengertian
Namimah
Secara Lughot Namimah berasal dari bahasa Arab al
namimah yang berarti penyebar fitnah.
Secara Istilah Namimah adalah memindahkan ucapan seseorang kepada orang
lain dengan tujuan merusak yang menyebabkan terputusnya suatu ikatan yang telah
terjalin, serta yang menyulut api kebencian dan permusuhan antar sesama
manusia.
Atau
Namimah adalah
menukil (memindahkan) ucapan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak
hubungan atau persaudaraan di antara keduanya.
Menurut
Kamus Besar Indonesia Namimah disebut juga Adu Domba yang artinya “Suatu
perbuatan membuat orang lain bertengkar atau bermusuhan”.
B.Dalil
tentang Haramya Namimah
Namimah hukumnya haram berdasarkan ijma’ (kesepakatan Ulama).
Banyak sekali dalil-dalil yang menerangkan haramnya namimah
dari Al Qur’an, As Sunnah dan Ijma’. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, yang artinya,
“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang
yang banyak bersumpah lagi hina yang banyak mencela, yang kian kemari
menghambur Fitnah.”(QS.AlQalam:10-11)
C.Nama
lain dari namimah
1.Namimah
merupakan nama asal dari fitnah.
Allah Ta'ala berfirman :
WALAA TUTHI' KULLA HALLAAFIN MAHIIN, HAMMAAZIN MASYAA-IN BINAMIIM
Artinya
: “Dan janganlah kamu ikuti Setiap orang
yang banyak bersumpah lagi hina, yang
banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah”. ( Q.S. Alqolam
: 10 - 11)
2.Namimah disebut juga dengan nama
Zamim (anak zina)
Allah Ta'ala berfirman:
'UTULLIN BA'DA DZAALIKA ZANIIM
Artinya : "Berbudi rendah,
selain dari itu tak tentu pula siapa bapanya". (Q.S.Al-qolam: 13).
Abdullah bin Al-Mubarak berkata: "Az-zaniim” pada ayat diatas ialah anak zina yang tidak menyembunyikan
perkataan". Beliau mengisyaratkan
dengan yang demikian, bahwa tiap-tiap orang yang tidak menyembunyikan
perkataan dan berjalan kesana-kemari dengan membawa fitnah itu menunjukkan
bahwa orang itu seperti anak zina, karena difahami dari firman Allah Azza wa
Jalla- ayat 13 tadi-. Az-zaniim itu bapa angkat (ad-da'iyyu).
3.Namimah
disebut juga Humazah
Allah Ta'ala berfirman:
WAILULLIKULLI HUMAZATIN LUMAZATIN
Artinya
: “kecelakaanlah bagi Setiap pengumpat
lagi pencela”. (Q.S Alhumazah : 1)
Bahwa al-humazah (yang diartikan
diatas: pengumpat), ialah: pembawa fitnah (an-nammam).
4.Namimah
disebut juga Hamma latal hathob (Pembawa kayu bakar).
Allah Ta'ala berfirman:
HAMMAALATAL HATHOB
Artinya
: “Dan (begitu pula) istrinya, pembawa
kayu bakar”. [Q.s Allahab : 4].
Pembawa
kayu Bakar dalam bahasa Arab adalah kiasan bagi penyebar fitnah. isteri Abu
Lahab disebut pembawa kayu Bakar karena Dia selalu menyebar-nyebarkan fitnah
untuk memburuk-burukkan Nabi Muhammad s.a.w. dan kaum Muslimin.
Atau Pemikul kayu api
(hammaalatal-hathab) itu, ialah: pembawa fitnah (nammamah), pembawa perkataan
(dari seorang- keseorang).
D.Penyebab
dan Pendorong Namimah
Menurut
imam abu hamid alghozali bahwa penyeban seseorang terdorong untuk berbuat
namimah adalah :
1.karena
didalam hatinya ada kehendak menjelekkan orang yang diceritakannya, akibat
adanya rasa tidak senang, benci, ataupun hasud.
2.Karena
ada keinginan supaya orang yang di ajak bicara merasa senang kepadanya.
3.Karena
tenggelam dalam kata kata yang tiada faedah dan batil.
E. Bahaya Namimah
1.Menimbulkan Permusuhan individu dan
masyarakat.
Dikisahkan
Dari Hamad bin Salamah, dia mengatakan bahwa
seseorang telah menjual seorang hamba sahaya, lalu dia berkata kepada si
pembeli, “Dia tidak mempunyai cacat, kecuali suka berbuat namimah.” Lalu si
pembeli menganggap itu baik, maka dibelilah hamba sahaya itu. Kemudian budak
itu tinggal dengan keluarga si pembeli. Suatu hari, ia bercerita kepada istri
si pembeli, “Sesungguhnya suamimu tidak mencintaimu dan dia akan menikah lagi.
Maukah engkau kuberitahu agar dia mencintaimu kembali.” Lalu istri Si pembeli
itu menjawab, “Mau!” Berkata lagi si hamba kepadanya, “Ambillah pisau cukur,
dan cukurlah jenggot suamimu ketika ia tidur.” Setelah itu si hamba tadi pergi
menemui tuannya, lalu berkata, “Sesungguhnya istrimu punya kekasih yang lain
dan dia hendak membunuhmu, apakah Tuan ingin mengetahui hal itu?” Si tuan
menjawab, “Ya, mau!” Lalu si hamba berkata lagi, “Berpura-puralah Tuan tidur,
maka Tuan akan tahu.” Maka ia pun berpura pura tidur, lalu datanglah istrinya
dengan membawa pisau cukur, dengan maksud akan mencukur jenggot suaminya.
Tetapi suaminya menyangka bahwa istrinya akan membunuhnya, maka direbutlah
pisau cukur itu dari istrinya, lalu dibunuhlah istrinya. Setelah itu datanglah
orangtuanya, sehingga terjadilah perang antara dua kelompok. (Lihat kitab Al
Kabair karangan Adz Dzahabi hal. 156)
2.Do’a tidak terkabul
Dirawikan Ka'bul-Ahbar, bahwa
kemarau telah menimpa atas kaum Bani Israil. Lalu Nabi Musa a.s. meminta hujan
berkali-kali. Tetapi tidak juga diturunkan hujan kepada mereka. Maka Allah
Ta'ala menurunkan wahyu kepada Musa: "Sesungguhnya AKU tiada menerima do'a
engkau dan do'a orang-orang bersama engkau, dimana pada engkau itu ada nammaam
(pembawa fitnah), yang berkekalan berbuat fitnah". Maka Musa berdo'a: "Wahai
Tuhanku ! Siapakah orang itu ? Tunjukkan- lah kepadaku, pembuat fitnah itu !
Sehingga aku dapat mengeluarkannya dari kalangan kami".
Tuhan berfirman: "Hai
Musa ! Aku melarang kamu dari namimah dan Aku adalah nammaam!".Maka
bertobatlah mereka semua. Lalu diturunkan hujan kepada mereka.
3.Tidak diakui oleh Nabi Saw sebagai Umatnya.
Nabi Saw
bersabda :
LAITSA MINNII DZUU HASADIN WALAA
NAMIIMATIN WALAA KAHAANATIN WALAA ANAA MINHU
Artinya :
“Bukuan termasuk umatku orang yang hasud, orang yang gemar menfitnah, dan orang
yang dedukunan, dan akupun bukan dari padanya”. (HR Tabrani).
Menurut
pengarang Irsyadul ‘ibad bahwa ketiga golongan tersebut sangat jauh dengan
prilaku Nabi saw, sebab nabi saw diutus adalah untuk menyebar rahmat dan
kebaikan, sedangkan ketiga holongan dalam hadits tersebut adalah penyebar
kejahatan.
4.Tidak
mendapat syafaat pada hari kiamat
Allah Ta'ala berfirman tentang istri
Nabi Lut dan istri Nabi Nuh :
Artinya
: “Allah membuat isteri Nuh dan isteri
Luth sebagai perumpamaan bagi orang-orang kafir. keduanya berada di bawah
pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba kami; lalu kedua
isteri itu berkhianat[1487] kepada suaminya (masing-masing), Maka
suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan
dikatakan (kepada keduanya): "Masuklah ke dalam Jahannam bersama
orang-orang yang masuk (jahannam)".(Q.s Attahrim : 10).
[1487]
Maksudnya: nabi-nabi Sekalipun tidak dapat membela isteri-isterinya atas azab
Allah apabila mereka menentang agama.
Ada yang
mengatakan, bahwa istri Luth menerangkan dengan kedatangan tamu dan istri Nuh,
menerangkan bahwa Nabi Nuh itu orang gila.
5.Pelaku
namimah juga diancam dengan adzab di alam kubur.
Ibnu Abbas meriwayatkan, “(suatu
hari) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua kuburan lalu
berkata, lalu bersabda, “Sesungguhnya penghuni kedua kubur ini sedang diadzab.
Dan keduanya bukanlah diadzab karena perkara yang berat untuk ditinggalkan.
Yang pertama, tidak membersihkan diri dari air kencingnya. Sedang yang kedua,
berjalan kesana kemari menyebarkan namimah.” (HR. Al-Bukhari)
6.Di akhirat nanti dia tidak akan
masuk surga.
لَا
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّام
(Laa yadkhulul-jannata nammaam).
Artinya: "Tidak
akan masuk sorga pembawa fitnah". (HR Muslim).
Pada hadits lain, yaitu:
لا يدخل الجنة قتات
(Laa yadkhulul-jannata qattaat).
Artinya: "Tidak akan masuk sorga tukang fitnah". (HR Bukhori).
Ibnu Katsir menjelaskan, “Al qattat
adalah orang yang menguping (mencuri dengar pembicaraan) tanpa sepengetahuan
mereka, lalu ia membawa pembicaraan tersebut kepada orang lain dengan tujuan
mengadudomba.”
Perkataan “Tidak akan masuk surga…” sebagaimana disebutkan dalam hadist di atas bukan berarti bahwa pelaku namimah itu kekal di neraka. Maksudnya adalah ia tidak bisa langsung masuk surga. Inilah madzhab Ahlu Sunnah wal Jama’ah untuk tidak mengkafirkan seorang muslim karena dosa besar yang dilakukannya selama ia tidak menghalalkannya (kecuali jika dosa tersebut berstatus kufur akbar semisal mempraktekkan sihir).
Perkataan “Tidak akan masuk surga…” sebagaimana disebutkan dalam hadist di atas bukan berarti bahwa pelaku namimah itu kekal di neraka. Maksudnya adalah ia tidak bisa langsung masuk surga. Inilah madzhab Ahlu Sunnah wal Jama’ah untuk tidak mengkafirkan seorang muslim karena dosa besar yang dilakukannya selama ia tidak menghalalkannya (kecuali jika dosa tersebut berstatus kufur akbar semisal mempraktekkan sihir).
F.Kewajiban
Orang yang di ajak Namimah
Imam Abu
Hamid Alghozali berkata, “Dan setiap orang yang disampaikan kepadanya perkataan
namimah, dikatakan kepadanya: “Fulan telah berkata tentangmu begini begini.
Atau melakukan ini dan ini terhadapmu,” maka hendaklah ia melakukan enam
perkara berikut:
1.Tidak
membenarkan perkataannya. Karena tukang namimah adalah orang fasik dan
ditolak kesaksianya, Sesuai dengan
firman Alloh Swt :
YAA AYYUHALLADZIINA AAMANUU, INJAA-AKUM FAASIQUN BINABAA-IN FATABAYYANUU ANTUSHIIBUU QOUMAN BIJAHAALATIN FATUSHBIHUU 'ALAA MAA
FA'ALTUM NAADIMIIN.
Artinya
: “Hai orang-orang yang beriman, jika
datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti
agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. ( Q.s Alhujurot : 6 )
2. Mencegahnya
dari perbuatan tersebut, menasehatinya dan mencela perbuatannya. Alloh
berfirman :
WA-MUR BIL MA'RUUFI WAN-HA 'ANIL MUNKARI
Artinya
: “ dan
suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang mungkar ". (Q.s
Luqman : 17).
3. Membencinya
karena Allah, karena ia adalah orang yang dibenci di sisi Allah. Maka wajib
membenci orang yang dibenci oleh Allah.
4.Tidak
berprasangka buruk kepada saudaranya yang dikomentari negatif oleh pelaku
namimah. Alloh berfirman :
IJTANIBUU KATSIIRON MINADZ-DZOONI INNA BA'DLO DZONNI ITSMUN
Artinya : “ jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa”. (Q.s Alhujurot : 12)
Artinya : “ jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa”. (Q.s Alhujurot : 12)
5.Tidak
memata-matai atau mencari-cari aib saudaranya dikarenakan namimah yang
didengarnya. Alloh berfirman :
Walaa
tajassasuu
Artinya
: “Dan janganlah mencari-cari keburukan
orang”. (Q.s Alhujurot : 12)
6.Tidak membiarkan dirinya ikut melakukan namimah tersebut, sedangkan dirinya sendiri melarangnya. Janganlah ia menyebarkan perkataan namimah itu dengan mengatakan, “Fulan telah menyampaikan padaku begini dan begini.” Dengan begitu ia telah menjadi tukang namimah karena ia telah melakukan perkara yang dilarang tersebut.”.
G. Cara bertaubat dari namimah :
1. Menyesali
perbuatan itu, bertekad untuk tidak melakukannya kembali dan beristighfar
serta bertaubat dengan benar.
2. Bila
sudah telanjur memanas-manasi keadaan, maka dia harus segera meluruskankembali
permasalahannya sehingga suasana menjadi tenteram kembali, kemudian meminta
maaf kepada keduanya
3. Jika
telah terjadi permusuhan dan perselisihan antar pihak yang diadu domba,maka dia
harus berusaha untuk mendamaikanya kembali dan meminta maaf kepada kedua
belah pihak serta berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
H.Contoh
Namimah dalam Pewayangan.
Sangkuni (Mahabarata), Sengkuni (Jawa), Sangkuning (Sunda)
atau Saubala adalah seorang tokoh
antagonis dalam cerita Mahabharata. Ia merupakan paman para Korawa dari pihak
ibu. Sangkuni terkenal sebagai tokoh licik yang selalu menghasut para Korawa
agar memusuhi Pandawa. Ia berhasil merebut Kerajaan Indraprastha dari tangan
para Pandawa melalui sebuah permainan dadu.
Ketika para Korawa berkuasa di Kerajaan Hastina, ia diangkat sebagai Mahapatih sekaligus merangkap penasehat raja di Kerajaan Astina yang dikuasai keluarga Kurawa. ia terkenal dengan prinsip hidupnya yang ekstrim: “Biarlah orang lain menderita yang penting hidupnya bahagia”.
Dengan prinsip hidup seperti itulah Sengkuni menjalani karirnya: munafik, licin, licik, culas, hasut, penuh tipu muslihat.
Sangkuni merupakan penasihat utama Duryodana, pemimpin para Korawa. Berbagai jenis tipu muslihat dan kelicikan ia jalankan demi menyingkirkan para Pandawa.
Dalam
Mahabharata bagian pertama, Sangkuni menciptakan kebakaran di Gedung Jatugreha,
tempat para Pandawa bermalam di dekat Hutan Waranawata. Namun para Pandawa dan
ibu mereka, yaitu Kunti berhasil meloloskan diri dari kematian. Dalam
pewayangan, peristiwa ini terkenal dengan nama Bale Sigala-Gala.
Hebatnya
pula, Sengkuni adalah pemilik ajian Pancasona, sebuah ilmu kedigdayaan yang
membuatnya sakti madraguna: punya daya tarik, kebal terhadap segala jenis
senjata, bahkan bila tubuhnya terputuspun tubuhnya bisa tersambung (utuh)
kembali. Maka jadilah Sengkuni sebagai sosok manusia jahat yang sulit ditaklukkan.
Ajian Pancasona adalah gambaran karakter manusia sepanjang masa. Dia adalah symbol kemunafikan, keserakahan, arogansi, dan keangkaramurkaan. Kapan pun dan dimana pun di dunia ini, manusia-manusia berkarakter Sengkuni akan selalu ada, bahkan di sekitar kita kini dan di sini.
Ajian Pancasona adalah gambaran karakter manusia sepanjang masa. Dia adalah symbol kemunafikan, keserakahan, arogansi, dan keangkaramurkaan. Kapan pun dan dimana pun di dunia ini, manusia-manusia berkarakter Sengkuni akan selalu ada, bahkan di sekitar kita kini dan di sini.
Hanya
Bima yang Bisa Membunuh Sengkuni
Di akhir kisah Perang Baratayudha, ketika sebagaian besar keluarga Kurawa dan Pandawa sudah gugur di medan Kurusetra, giliran Sengkuni menemui ajalnya di tangan Bima dengan senjata Kuku Pancanaka yang terbuat dari gading gajah kayangan. Dengan senjata itulah Bima ditakdirkan berhasil membunuh Sengkuni,
Di akhir kisah Perang Baratayudha, ketika sebagaian besar keluarga Kurawa dan Pandawa sudah gugur di medan Kurusetra, giliran Sengkuni menemui ajalnya di tangan Bima dengan senjata Kuku Pancanaka yang terbuat dari gading gajah kayangan. Dengan senjata itulah Bima ditakdirkan berhasil membunuh Sengkuni,
Bima
digambarkan sebagai sosok kesatria sejati: gagah berani, tak punya rasa takut,
tegas, loyal, setia, jujur, tidak suka basa-basi. Bima disebut juga Werkurada
(Werku = menata, Dara = udara/nafas)
Sedangkan Kuku Pancanaka secara filosofis memiliki makna “kukuh” (teguh dan kuat keyakinan serta berlatih); “panca” (lima); “naka” (kuasa = 1. pengendalian nafsu angkara 2. Pengendalian nafsu makan minum 3. Pengendalian nafsu seks 4. pengendalian nafsu kesenangan indrawi 5. Pengendalian nafsu mencuri/merugikan orang lain).
Sedangkan Kuku Pancanaka secara filosofis memiliki makna “kukuh” (teguh dan kuat keyakinan serta berlatih); “panca” (lima); “naka” (kuasa = 1. pengendalian nafsu angkara 2. Pengendalian nafsu makan minum 3. Pengendalian nafsu seks 4. pengendalian nafsu kesenangan indrawi 5. Pengendalian nafsu mencuri/merugikan orang lain).
Dalam cerita versi lain mengatakan
bahwa:
Pada hari terakhir Baratayuda, Sangkuni bertempur melawan Bima. Kulitnya yang kebal karena pengaruh minyak tala bahkan sempat membuat Bima sulit mengalahkan Sengkuni. Penasihat Pandawa selain Kresna, yaitu Semar muncul memberi tahu Bima bahwa kelemahan Sangkuni berada di bagian dubur, karena bagian tersebut dulunya pasti tidak terkena pengaruh minyak tala. Bima pun maju kembali. Sangkuni ditangkap dan disobek duburnya menggunakan Kuku Pancanaka yang tumbuh di ujung jari Bima. Ilmu kebal Sengkuni pun musnah. Dengan beringas, Bima menyobek dan menguliti Sangkuni tanpa ampun. Meskipun demikian, Sangkuni hanya sekarat tetapi tidak mati.
Pada hari terakhir Baratayuda, Sangkuni bertempur melawan Bima. Kulitnya yang kebal karena pengaruh minyak tala bahkan sempat membuat Bima sulit mengalahkan Sengkuni. Penasihat Pandawa selain Kresna, yaitu Semar muncul memberi tahu Bima bahwa kelemahan Sangkuni berada di bagian dubur, karena bagian tersebut dulunya pasti tidak terkena pengaruh minyak tala. Bima pun maju kembali. Sangkuni ditangkap dan disobek duburnya menggunakan Kuku Pancanaka yang tumbuh di ujung jari Bima. Ilmu kebal Sengkuni pun musnah. Dengan beringas, Bima menyobek dan menguliti Sangkuni tanpa ampun. Meskipun demikian, Sangkuni hanya sekarat tetapi tidak mati.
Pada sore hari
itu, Bima berhasil mengalahkan Duryodana, pemimpin seratus Korawa. Dalam keadaan sekarat, Duryodana
menyatakan bahwa dirinya bersedia mati jika ditemani pasangan hidupnya, yaitu
istrinya yang bernama Dewi Banowati. Atas nasihat Kresna, Bima pun mengambil
Sangkuni yang masih sekarat untuk diserahkan kepada Duryodana. Duryodana yang
sudah kehilangan penglihatannya akibat luka parah segera menggigit leher
Sangkuni yang dikiranya Banowati. Akibat gigitan itu, Sengkuni pun tewas
seketika, begitu pula dengan Duryodana.
Ket :
Kebal = Tidak mempan senjata, (tidak mempan dengan
nasihat).
Pancasona
= Tubuh bisa kembali hidup, (Penghasut
akan ada pada setiap zaman dan masa).
Pancanaka = Pengendalian nafsu angkara, nafsu makan minum,
nafsu seks, nafsu kesenangan indrawi, nafsu merugikan org lain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar