Minggu, 05 April 2020

CARA MENYAMBUT RAMADHAN


1. Berdoa agar diberi Umur panjang dan selalu sehat, sehingga kita nantinya dapat berpuasa dengan tenang dan nyaman..
Nabi Muhammad S.a.w selalu berdo'a :
اللهم بارك لنا في رجب و شعبنا وبلغنا رمضانا
"Allahumma bariklana fi Rajaba wa sya'bana waballighna Ramadhana"
Artinya : " Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikan kami ke bulan Ramadhan". [ HR. Ahmad ]

2. Bergembira dg akan hadirnya bulan Ramadhan.
Nabi Muhammad S.a.w memberi khabar gembira  :
اذا جاء رمضان فتحت ابواب الجنة وغلقت ابواب النار وصفدت الشياطين
Artinya : "Apabila telah datang bulan Ramadhan, maka pintu pintu Surga dibuka, pintu pintu Neraja ditutup, dan setan setan dibelenggu". [ HR. Bukhari ].
3. Mendalami ilmu fiqih Ramadhan.
Pelajarilah ilmu fiqih yang berkaitan dengan masalah Syarat dan rukun puasa, sunah puasa, pembatal puasa, hikmah puasa, dll.
Sehingga kelak kita dapat menjalankan puasa dengan cara benar dan sempurna.
Allah S.w.t berfirman :
فاسئلوا اهل الذكر ان كتتم لاتعلمون
Artinya : " Maka bertanyalah kamu kepada Ahli Dzikir / Ahli ilmu, jika kamu tidak mengetahui". [ Q.s. Al-Anbiya : 7 ].
4. Bersihkan hati sejak dini.
Sebagian Ulama berkata :
رجب لتطهير البدان وشعبان لتطهير القلب ورمضان لتطهير الروح
Artinya : " Bulan Rajab untuk mensucikan badan, bulan Sya'ban untuk mensucikan hati, dan bulan Ramadhan untuk mensucikan Ruh". [ Durotun Nasihin : 208 ].
Oleh karenanya maka dibulan Sya'ban ini hendaklah kita mulai berusaha membersihkan hati dari kotoran kotoran hati, semisal "Sombong, Ujub, hasud, riya, sum'ah, Ghadhab, dan lain lain.
sebab semua kotoran hati tersebut dapat memusnahkan kebaikan kebaikan kita, termasuk kebaikan / pahal puasa kita; laksana hama yang dapat merusak tanaman.
والله اعلم بالصواب

Semoga bermanfaat.
Aamiin.

Kamis, 02 April 2020

CARA MENYAMBUT RAMADHAN


Ramadhan Adalah bulan yang penuh dengan  kebaikan dan keutamaan, dan itu akan dapat dirasakan dan diraih ketika ilmu tentang Ramadhan dipahami dengan baik. Bayangkan, para generasi awal Islam sangat merindukan bertemu dengan bulan suci ini. Mereka berdoa selama enam bulan sebelum kedatangannya agar mereka dipanjangkan umurnya sehingga bertemu dengan Ramadhan.
Saat Ramadhan tiba, mereka sungguh-sungguh meraih kebaikan dan keuataman Ramadhan. Dan ketika mereka berpisah dengan Ramadhan, mereka berdoa selama 6 bulan setelahnya, agar kesungguhannya diterima Allah SWT. Kerinduan itu ada pada diri mereka, karena mereka sadar dan paham betul keutamaan dan keistimewaan Ramadhan.
Lalu Bagaimana cara kita menyambut akan datangnya bulan  Ramadhan ?

Caranya adalah :
Pertama
: Selalu Memohon agar Dipanjangkan Umur.
Berdoa agar Allah SWT memberikan umur panjang kepada kita sehingga kita berjumpa dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat. Sebab  Dengan keadaan sehat, maka kita bisa melaksanakan ibadah secara maksimal,  seperti menjalankan puasa, shalat, tilawah, dan dzikir. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah SAW apabila masuk bulan Rajab selalu berdoa : “Allahuma bariklana fii rajaba wa sya’bana, wa balighna Ramadhana”.
Artinya “ Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan kami ke bulan Ramadan. (HR. Ahmad dan Tabrani)

Kedua : Banyak banyak Memuji Allah SWT
Pujilah Allah SWT karena Ramadhan telah diberikan kembali kepada kita.
Imam An Nawawi dalam kitab Adzkar-nya berkata: ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur; dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya”.
 Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah SWT kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan.

Ketiga : Gembira dengan Datangannya Ramadhan
Rasulullah saw. selalu memberikan kabar gembira kepada para sahabatnya setiap kali datang bulan Ramadhan:
“إذا جاء رمضان فتحت أبواب الجنة وغلقت أبواب النار، وصفدت الشياطين”
رواه البخاري ومسلم واللفظ له

Artinya : “ Apabila telah dating bulan Ramadhan, maka pintu pintu surge dibuka, pintu pintu Neraka ditutup, dan seten setan dibelenggu”. [ HR. Bukharai ].



Keempat : Merencanakan Agenda Harian
Ramadhan sangat singkat, isilah setiap detiknya dengan amalan yang berharga, yang bisa membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Misalnya kita punya agenda dapat membaca Al-qur’an dalam setiap hari 1 juz, dan lainnya.

Kelima : Bulatkan Tekad
Barangsiapa jujur kepada Allah SWT, maka Ia pun akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendan kita dan memudahkan kita dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas kebaikan. Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka. (QS. Muhamad:21)

Keenam : Pahami Fiqh Ramadhan
Setiap mukmin wajib hukumnya beribadah dengan dilandasi ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadhan datang agar amaliyah Ramadhan kita benar dan diterima oleh Allah SWT.
Bacalah buku buku fiqih Puasa, atau bertanyalah kepada para Ustadz yang sudah ahli.
Allah Swt berfirman :
“Fas-aluu Ahladz-Dzikri inkuntum laa Ta’lamuun”
Artinya : “Maka bertanyalah kamu kepada Ahli Dzikir [ Ahli ilmu ] jika kamu belum mengetahui” (QS. Al-Anbiyaa’ :7)

Ketujuh : Bersihkan hati dan jiwa sebelum Ramadhan hadir.
Misalnya : Sifat Sombong, Ujub, Hasad, Riya’ sum’ah, dan lain sebagainya.
Sehingga dengan cara demikian maka Puasa ramadhan kita nanti akan dapat bernilai sempurna,
Ibarat bercocok tanam tanpa dibarengi dengan adanya hama yang dapat merusak tanaman.
Oele karenanya dalam Kitab Durotun nashihin dijelaskan bahwa Bulan Rajab adalah bulan Pembersihan badan, bulan Sya’ban adalah bulan Pensucian hati, dan bulan Ramadlan adalah bulan pensucian sir atau jiwa.

Kedelapan : Tinggalkan Dosa dan Maksiat
Isi Ramadhan dengan membuka lembaran baru yang bersih dan bertaubat dengan sebenarnya (taubatan nashuha). Seperti halnya firman Allah SWT :
“Watubu ilallahi jami’an ayyuhal mukminun la’allakum tuflihun”
Artinya : “ Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung”.(QS. An-Nur: 31).




HIKMAH DIBALIK MUSIBAH

Oleh : Mubarok

A.Pengertian musibah
Secara Bahasa, Musibah asal kata bahasa Arab yakni “ashaba”  yang artinya menimpa, atau membinasakan.
Menurut Istilah, Musibah adalah “Kejadian apa saja yang menimpa manusia yang tidak dikehendaki. Misalnya : “Sakit, rugi dalam berusaha, kehilangan barang, meninggal, bencana alam, wabah penyakit, dan lain sebagainya.

B.Dalil tentang Musibah
Allah Swt berfirman :
اَلَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ قَالُوْا إِنَّا ِللهِ وَ إِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ
 “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa oleh musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’.”  ( Q.s Al-Baqarah: 156 )

Dalam ayat di atas Musibah dan anugerah adalah dua hal yang tidak luput dari kehidupan manusia.
Islam telah mengajarkan bagaimana menyikapi kedua hal tersebut. saat mendapat musibah kita harus bersabar, karena dengan kesabaran, berharap Allah mengampuni dosa-dosa hambanya.
Jika mendapat anugerah haruslah menyikapinya dengan bersyukur, karena dengan bersyukur maka kita  akan menambah tabungan untuk bekal kehidupan kelak diakherat

C.Hikmah Dibalik Musibah
1. Musibah Mendidik Jiwa Dan Menyucikan Dosa
Allah Ta’ala Berfirman :
وَما أَصابَكُمْ مِنْ مُصيبَةٍ فَبِما كَسَبَتْ أَيْديكُمْ وَ يَعْفُوا عَنْ كَثيرٍ

Artinya : “Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Qs, asy Syura: 30)

2. Mendapatkan Kebahagiaan (Pahala) di Akhirat
kegetiran hidup yang dirasakan seorang hamba ketika di dunia akan berubah menjadi kenikmatan di akhirat. Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, ”Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.”

3. Sebagai Parameter Kesabaran Seorang Hamba
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda, “Sungguh menakjubkan kondisi seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya adalah baik baginya. Jika memperoleh kelapangan lalu ia bersyukur maka itu adalah baik baginya. Dan jika ditimpa kesempitan lalu ia bersabar maka itupun baik baginya.”

4. Memurnikan Tauhid Dan Menguatkan Hati 
Wahab bin Munabbih mengatakan, “Allah menurunkan cobaan supaya hambanya memanjatkan do’a dengan sebab bala’ tersebut.”
Allah Ta’ala Berfirman :
وَإِذَآ أَنْعَمْنَا عَلَى اْلإِنسَانِ أَعْرَضَ وَنَئَا بِجَانِبِهِ وَإِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُو دُعَآءٍ عَرِيضٍ

Artinya : “Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdo’a.” (Qs, Fust Shilat : 51)

PILAR PILAR KELUARGA BAHAGIA



Oleh : Mubarok
Untuk
membangun pernikahan yang kokoh,  Islam juga banyak memberikan tuntunan
dan pelajaran.  Dari referensi yang didapatkan,  setidaknya ada
 4 (empat) pilar yang menentukan sebuah keluarga akan kokoh atau rapuh.
Pilar-pilar tersebut adalah Zawaj, Mitsaqan ghalizhan, mu’asyarah bil ma’ruf
dan Musyawarah.
1.Zawaj
 yang berarti berpasangan;  
Dalam
istilah Islam, pergaulan dalam pernikahan disebut zawaj
 (berpasangan).  Suami isteri itu laksana sepasang sayap yang bisa
membuat seekor burung terbang tinggi untuk hidup dan mencari kehidupan.
Keduanya penting, saling melengkapi, saling menopang satu sama lain dan saling
kerjasama antara pasutri. Dalam ungkapan al-Qur’an, suami adalah pakaian isteri
dan isteri adalah pakaian suami, sebagaimana diilustrasikan dalam Surah
Al-Baqarah (2) ayat 187.

هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ
لِبَاسٌ لَهُنَّ
Artinya
: “Mereka [ Para istri ] adalah pakaianmu, dan kalian adalah pakaian untuk
mereka”.

Jika
pilar ‘berpasangan’ ini dipahami dalam pernikahan yang dibangunnya, tentunya
pasutri musti menyadari betapa mereka harus saling menjaga keseimbangan dalam
kehidupan rumah tangganya. Memaklumi kekurangan pasangannya dengan menghargai dan
menghormati kelebihannya, baik isteri terhadap suami, maupun suami terhadap
isteri. Insya Allah, fitrah ‘berpasangan’ dalam kehidupan rumah tangga yang
seperti ini akan sangat indah dalam hari-harinya.

2. Mitsaqan ghalizhan
yang berarti janji yang kuat;
Suami
istri sama-sama menghayati perkawinan sebagai ikatan yang kokoh sesuai tersurat
dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa (4) ayat 21.


Dengan
ikatan yang kuat dan kokoh, tentunya suami istri akan bisa saling menyangga seluruh
sendi-sendi kehidupan rumah tangga. Keduanya diwajibkan menjaga ikatan ini
dengan segala upaya yang dimiliki. Tidak bisa yang satu menjaga dengan erat,
sementara yang lainnya melemahkan. Saling mengukuhkan, bukan saling
menggerogoti.

3. Mu’asyarah bil
Ma’ruf  atau Saling Memperlakukan Pasangannya dengan Baik.
 Ikatan pernikahan tentunya juga harus
dipelihara oleh pasutri dengan cara saling memperlakukan pasangannya dengan
baik dan patut, Al-Qur’an dalam Surah An-Nisa ayat 19 memerintahkan hal ini:
 “Wa’asyiruhunna bil ma’ruufi , dan bergaullah dengan mereka dengan cara
yang baik.” Demikian Firman Allah Swt.
Seorang
suami harus selalu berfikir, berupaya dan melakukan yang terbaik bagi dan untuk
isteri. Demikian juga sebaliknya seorang isteripun musti berupaya yang sama
untuk suaminya. Kata mu’asyarah bil ma’ruf adalah bentuk kata kesalingan
sehingga perilaku berbuat baik harus bersifat timbal balik, yakni suami kepada
isteri dan isteri kepada suami. Masing masing bercita-cita untuk menjadi ‘
orang nomor satu’ bagi pasangannya.


4. Musyawarah.
Kata
ini sudah pasti sangat mudah dimengerti dan dipahami. Pengelolaan rumah tangga
terutama jika menghadapi persoalan atau problematika hendaknya harus
diselesaikan bersama. Musyawarah adalah cara yang sehat untuk berkomunikasi,
meminta masukan, menghormati pandangan dan pendapat pasangannya dan mengambil
keputusan yang terbaik . Secara panjang lebar, Al-Qur’an dalam Surah Al-Baqarah
(2) ayat 233 memberikan gambaran sebagai berikut:
“Para ibu
hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada
Para ibu dengan cara ma’ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu
disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah
bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Baqarah/2:233).