Rabu, 22 Maret 2017

HUBUNGAN SYARIAT DAN HAKIKAT DALAM ISLAM



OLEH : MUBAROK,S.Ag

A.Pendahuluan
Dalam Kenyataan dimasyarakat telah terjadi perbedaan didalam melaksanakan amaliah Agama  :
1.Ada diantara mereka yang hanya mengamalkan Syariat tetapi tidak mengamalkan Hakikat , Misalnya Jasadnya berdiri menghadap kiblat  setiap lima waktu, tetapi dalam sholat tersebut hatinya tidak menghadap Alloh Swt.
2.Ada diantara mereka yang hanya mengamalkan Hakikat tetapi tidak mengamalkan syariat, misalnya : mereka didalam hatinya selalu eling (mengingat) Alloh, dan menyaksikan kehadiran Alloh, tetapi tubuhnya tidak Ruku’ dan sujud.
3.Ada diantara mereka yang melaksanakan Syariat dan sekaligus hakikat, Tubuh menghadap Kiblat, hato menghadap Alloh [1].

B.Pengertian Syari’at dan Hakikat.
Syariat adalah Perintah yang harus ditetapi dalam Ibadah, seperti Sholat dengan memenuhi sarat rukun.
Hakikat adalah Kesaksian akan kehadiran peran serta Ketuhanan dalam setiap sisi kehidupan[2], Misalnya : Ketika ibadah sholat, dalam batin ia meyakini bahwa Alloh memperhatikanya dan bahkan ia ibadah karena semata mata atas pertolongan Alloh, bukan karena hasil dari kekuatannya sendiri.
Ustadz Abu Ali ad-Daqoq mengatakan :

إِيَّاكَ نَعْبُدُ

Artinya: Hanya Engkaulah yang Kami sembah[Q.s Alfatihah : 5] adalah manifestasi dari Syariat.
Sedangkan :

وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Artinya : “Dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan[Q.s Alfatihah : 5]. Adalah manifestasi dari amaliah hakikat[3].

C.Hubungan Syariat dan Hakikat.
Syariat dan Hakikat merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah pisahkan yang satu sama lain saling membutuhkan, melengkapi, dan menjadi tidak sempurna jika salah satunya tidak ada[4].
Syariat bisadiibaratkan sebagai jasmani/badan tempat ruh berada sementara hakikat ibarat ruh yang menggerakkan badan, keduanya sangat berhubungan erat dan tidak bisa dipisahkan. Badan memerlukan ruh untuk hidup sementara ruh memerlukan badan agar memiliki wadah.
Saidi Syekh Muhammad Hasyim Al-Khalidi guru Mursyid dari Ayahanda Prof. Dr. Saidi Syekh Kadirun Yahya MA. M.Sc mengibaratkan syariat laksana baju sedangkan hakikat ibarat badan. Dalam beberapa pantun yang Beliau ciptakan tersirat pesan-pesan tentang pentingnya merawat tubuh sebagai perhatian utama sedangkan merawat baju juga tidak boleh dilupakan[5].

Dalam bukun 4M dijelaskan bahwa bahwa seorang mukmin sejati adalah orang yang mengamalkan syariat dan hakikat secara bersamaan tanpa meninggalkan salah satunya. Ada adagium cukup terkenal, “Hakikat tanpa syariat adalah kepalsuan, sedang syariat tanpa hakikat adalah sia-sia.” Ulama Arif billah sepakat berkata, “MAN TAFAQQOHA BILAA TASHOWWUFIN FAQOD TAFASSAQO “ [Barangsiapa bersyariat tanpa berhakikat, niscaya ia akan menjadi fasik].  “WAMAN TASOWWAFA BILA TAFAQQUHIN FAQOD TAZANDAQO” [Siapa yang berhakikat tanpa bersyariat, niscaya ia akan menjadi zindik]. “WAMAN TAJAMMA’A BAINAHUMA FAQOD TASHODDAQO” [Barangsiapa menghimpun keduanya [syariat dan hakikat], maka dialah yang benar][6].

Nabi SAW mengatakan, “Shalatlah kalian seperti aku shalat”. Tata cara shalat Nabi yang disaksikan oleh sahabat dan juga dilaksanakan oleh sahabat kemudian dijadikan aturan oleh Ulama, maka kita kenal sebagai rukun shalat yang 13 perkara. Kalau hanya sekedar shalat maka aturan 13 itu bisa menjadi pedoman untuk seluruh ummat Islam agar shalatnya standar sesuai dengan shalat Nabi. Akan tetapi, dalam rukun shalat tidak diajarkan cara supaya khusyuk dan supaya bisa mencapai tahap makrifat dimana hamba bisa memandang wajah Allah SWT.
 
Ketika memulai shalat dengan “WAJJAHTU WAJ-HIYA LILLAA-DZII FATHARAS-SAMAAWAATI WAL-ARDHO HANIIFAM-MUSLIMAW- WAMAA ANA MINAL-MUSY-RIKIIN..” Kuhadapkan wajahku kepada wajah-Nya Zat yang menciptakan langit dan bumi, dengan keadaan lurus dan berserah diri, dan tidaklah aku termasuk orang-orang yang musyrik. Seharusnya seorang hamba sudah menemukan chanel atau gelombang kepada Tuhan, menemukan wajahnya yang Maha Agung, sehingga kita tidak termasuk orang musyrik menyekutukan Tuhan. Kita dengan mudah menuduh musyrik kepada orang lain, tanpa sadar kita hanya mengenal nama Tuhan saja sementara yang hadir dalam shalat wajah-wajah lain selain Dia. Kalau wajah-Nya sudah ditemukan di awal shalat maka ketika sampai kepada bacaan Al-Fatihah, disana benar-benar terjadi dialog yang sangat akrab antara hamba dengan Tuhannya.
Syariat tidak mengajarkan hal-hal seperti itu karena syariat hanya berupa hukum atau aturan. Untuk bisa melaksanakan syariat dengan benar, ruh ibadah itu hidup, diperlukan metodologi pelaksanaan teknisnya yang dikenal dengan Tariqatullah jalan kepada Allah yang kemudian disebut dengan Tarekat. Jadi Tarekat itu pada awalnya bukan perkumpulan orang-orang mengamalkan zikir. Nama Tarekat diambil dari sebuah istilah di zaman Nabi yaitu Tariqatussiriah yang bermakna Jalan Rahasia atau Amalan Rahasia untuk mencapai kesempurnaan ibadah.
Munculnya perkumpulan Tarekat dikemudian hari adalah untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman agar orang-orang dalam ibadah lebih teratur, tertib dan terorganisir seperti nasehat Syaidina Ali bin Abi Thalib kw, “Kejahatan yang terorganisir akan bisa mengalahkan kebaikan yang tidak terorganisir”.

Kalau ajaran-ajaran agama yang kita kenal dengan syariat itu tidak dilaksanakan dengan metode yang benar (Thariqatullah) maka ibadah akan menjadi kosong hanya sekedar memenuhi kewajiban agama saja. Shalat hanya mengikuti rukun-rukun dengan gerak kosong belaka, badan bergerak mengikuti gerakan shalat namun hati berkelana kemana-mana. Sepanjang shalat akan muncul berjuta khayalan karena ruh masih di alam dunia belum sampai ke alam Rabbani.
Ibadah haji yang merupakan puncak ibadah, diundang oleh Maha Raja Dunia Akhirat, seharusnya disana berjumpa dengan yang mengundang yaitu Pemilik Ka’bah, pemilik dunia akhirat, Tuhan seru sekalian alam, tapi yang terjadi yang dijumpai disana hanya berupa dinding dinding batu yang ditutupi kain hitam. Pada saat wukuf di arafah itu adalah proses menunggu, menunggu Dia yang dirindui oleh sekalian hamba untuk hadir dalam kekosongan jiwa manusia, namun yang ditunggu tak pernah muncul.
Disini sebenarnya letak kesilapan kaum muslim diseluruh dunia, terlalu disibukkan aturan syariat dan lupa akan ilmu untuk melaksanakan syariat itu dengan benar yaitu Tarekat. Ketika ilmu tarekat dilupakan bahkan sebagian orang bodoh menganggap ilmu warisan nabi ini sebagai bid’ah maka pelaksanaan ibadah menjadi kacau balau. Badan seolah-olah khusuk beribadah sementara hatinya lalai, menari-nari di alam duniawi dan yang didapat dari shalat itu bukan pahala tapi ancaman Neraka Wail. Harus di ingat bawah “Lalai” yang di maksud disana bukan sekedar tidak tepat waktu tapi hati sepanjang ibadah tidak mengingat Allah. Bagaimana mungkin dalam shalat bisa mengingat Allah kalau diluar shalat tidak di latih ber-Dzikir (mengingat) Allah? dan bagaimana mungkin seorang bisa berdzikir kalau jiwanya belum disucikan? Urutan latihannya sesuai dengan perintah Allah dalam surat Al ‘Ala, “Beruntunglah orang yang telah disucikan jiwanya/ruhnya, kemudian dia berdzikir menyebut nama Tuhan dan kemudian menegakkan shalat”[7].

D.kesimpulan.
Kesimpulan dari tulisan singkat ini bahwa sebenarnya tidak ada pemisahan antara kedua ilmu yaitu Syariat dan Hakikat , keduanya adalah SATU. Iman dan Islam bisa dijelaskan dengan ilmu syariat sedangkan maqam Ihsan hanya bisa ditempuh lewat ilmu hakikat. Ketika kita telah mencapai tahap Makrifat maka dari sana kita bisa memandang dengan jelas bahwa keduat ilmu tersebut tidak terpisah tapi SATU.
--------------------------------------------------------
[1].Pen
[2].Abul Qosim Abdul Karim Hawazin, Risalah Qusyariyah terjemah,Pustaka amani,Jakarta,2007, hal.104
[3].Ibid
[4].Pen
[5].https://sufimuda.net/2013/04/25/syariat-tarekat-hakikat-dan-makrifat-itu-satu,25 April 2013
[6].DR.KH.Haderanie HN, Ilmu Ketuhanan 4M, Nur Ilmu,Surabaya,tt,hal.31
[7]. https://sufimuda.net/2013/04/25/syariat-tarekat-hakikat-dan-makrifat-itu-satu,25 April 2013

Selasa, 21 Maret 2017

HIKMAH BERWUDHU MENURUT SYARIAT DAN KESEHATAN



OLEH : MUBAROK,S.Ag

A.Pengertian Wudhu
Secara bahasa wudlu diambil dari kata الْوَضَائَةُ yang maknanya adalah النَّظَافَةُ (kebersihan) dan الْحُسْنُ (baik).
Sedangkan secara syar'i (terminologi) adalah "Menggunakan air yang thohur (suci dan mensucikan) pada anggota tubuh yang empat (yaitu wajah, kedua tangan, kepala, dan kedua kaki) dengan cara yang khusus menurut syari'at"
..[1]
B.Dasar Hukum wudhu’ :
     
1.    Q.S  Al – Maidah ayat 6
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, [Q.s Al-Maidah : 6][2]
     
2.    Hadits Nabi SAW


لَا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلَاةَ أَحَدِكُمْ إِذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ
Artinya :"Tidak akan diterima shalat seseorang yang berhadats sehingga dia berwudhu." (Mutaafaq ‘alaih)[3]
C. Fardhu wudhu’  yaitu :
      1. Niat, yaitu :  Qoshdusy-syai-i muqtarinan bifi’lihi [menyengaja sesuatu bebarrengan dengan pekeJaan awal].
      2. Membasuh muka
      3. Membasuh tangan
      4. Menyapu kepala
      5. Membasuh kaki
      6. Tertib. [4]

      D. Sunat sunah wudhu’ yaitu :
      1. Membaca Ta’awud dan basmalah pada awalnya
      2. Membasuh ke dua telapak tangan sampai ke pergelangan sebanyak tiga kali, sebelum berkumur – kumur, walaupun diyakinin tangannya itu bersih
      3. Madmadloh, yakni berkumur – kumur memasukan air ke mulut sambil mengguncangkannya lalu membuangnya.
      4. Istinsyaq, yakni memasukan air ke hidung kemudian membuangnya
      5. Meratakan sapuan keseluruh kepala
      6. Menyapu kedua telinga
      7. Menyela nyela janggut dengan jari
      8. Mendahulukan yang kanan dari kiri
      9. Melakukan perbuatan bersuci itu tiga kali – tiga kali
      10. Muwalah, yakni melakukan perbuatan tersebut secara beruntun
      11. Menghadap kiblat
      12. Mengosok – gosok anggota wudhu’ khusus nya bagian tumit
      13. Menggunakan air dengan hemat.[5]

F. Hal – hal yang membatalkan wudhu’ :
      1. Keluar sesuatu dari qubul atau dubur
      2. Tidur, kecuali duduk dalam keadaan mantap.
      3. Hilang akal, dengan sebab gila, mabuk, atau lainnya
4. Bersentuh kulit laki – laki dan perempuan Ajnabiyah, kecuali jika dihalangi hijab.
      5. Menyentuh kemaluan manusia dengan perut telapak tangan tanpa alas.[6]

G. HIKMAH WUDLU DALAM ILMU SYARI’AT
1.Allah ta'ala mencintai orang-orang yang bersih, sebagaimana firman Allah :
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَ يُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
Artinya : “Seungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang bersih”. (Al-Baqoroh :222)
2. Pada hari kiamat nanti Anggota wudunya bercahaya.
Berdasar Hadits Nabi Saw :
إِنَّ أُمَّتِي يُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُهَجَّلِيْنَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوْءِ
Artinya :“Sesungguhnya umatku dipanggil pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya wajah-wajah, tangan-tangan dan kaki- kaki mereka karena bekas wudlu” (Riwayat Bukhori dan Muslim)
3.Dihapus segala kesalahanya.
Berdasarkan Hadits Nabi Saw :

مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ  الْوُضُوْءَ, خَرَجَتْ خَطَايَاهُ مِنْ جَسَدِهِ, حَتَّى تَخْرُجَ مِنْ تَحْتَ أَظْفَارِهِ
Artinya :"Barang siapa yang berwudlu lalu membaguskannya, maka akan keluar kesalahan-kesalahannya dari badannya bahkan sampai keluar dari bawah kuku-kukunya". [Hadits riwayat Muslim].[7]

H. HIKMAH WUDLU DALAM ILMU KESEHATAN

1. mencuci tangan dapat menghilangkan kotoran debu atau bacterial ditangan karena sudah tersiram dengan air..
2.  Berkumur-kumur dapat  memelihara gigi dan menbersihkannya dari sisa-sisa makanan yang masih melekat.
3.  Membasuh hidung dapat membersihkan debu, kuman dan bacteria dihidung.
4.  Membasuh muka dapat mencerahkan wajah yang kusam, kotor, dan kaku. Jadi dengan berwudhu’ maka kotoran yang menempal diwajah akan hilang dan bersih sehingga membuat muka anda bersih cemerlang. 
Ahli  kecantikan juga menyarankan kepada kita untuk menggunakan air wudhu sebagai salah satu cara yang dapat meningkatkan kesehatan wajah. Kita  dapat melakukan wudhu setiap hari baik sebelum tidur, maupun disaat melakukan aktivitas supaya dapat menjaga kesehatan wajah, membersihkan wajah, meremajakan kulit dan Mencegah menumpuknya bakteri pada wajah .
5. membasuh  tangan sampai kesiku dapat memebrsihkan tangan  dari kuman dan penyakit yang menempel pada tangan.   
6. membasuh kepala dapat menjernihkan pikiran dan akal,  karena panasnya  terik matahari ataupun pikiran dapat diredam dengan berwudhu’ . jadi dengan dinginnya air dapat membantu saraf menjadi rileks, inilah yang membuat pikiran kita jernih setelah berwudhu’.
7. mencuci telinga dapat menjaga kesehatan dan kebersihan telinga.
8. mencuci kedua belah kaki sambil memerhatikannya dengan baik dapat menciptakan perasaan tenang dan nyaman karena di kakilah terletak semua urat yang berhubungan dengan seluruh anggota badan.[8] 

-----------------------------
1.http://www.firanda.com/index.php/artikel/fiqh/86-tata-cara-wudhu-sesuai-tuntunan-nabi-seri-1, Diterbitkan pada 20 November 2010
2.Kementerian Agama RI,Al-qur’an dan terjemahanya, PT Tehazed, Jakarta, 2010, hal.144
3.Shohih Bukhori, tt
4.Muhamad Amin Alkurdi Syaikh, Tanwirul Qulub,tt, hal 106
5.Sulaiman Rasyid Haji, Fiqih Islam Lengkap,Sinar Baru Algensindo, Jakarta, 2012, hal.26
6.H.Moh.Tolchah Mansoer, Drs.SH, Terjemah Fathul Muin Jilid I,Menara Kudus,1980, hal 56
7.Nawawi Imam, Terjemah iyadus Sholihin Jilid 2, Pustaka Amani, Jakarta,1999,hal.133
8.http://www.akidahislam.com/2016/10/hikmah-dan-keutamaan-wudhu-dalam-islam.html

Sabtu, 11 Maret 2017

HIKMAH BERTAUBAT

OLEH : MUBAROK,S.Ag

A.Pengertian Taubat
Taubat, secara Lughot, berarti Arruju’u “Kembali”.
Sedangkan Menurut Istilah Syara’ Taubat berarti “meninggalkan”, yakni meninggalkan perbuatan perbuatan yang  terlarang untuk kemudian menggantinya dengan perbuatan yang terpuji.

B.Hukum Bertaubat
Bertaubat Hukumnya wajib bagi setiap manusia dengan bersegera dan tidak menunda nunda, sesuai dengan Firman Alloh Swt :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَار
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.....” [Q.s Attahrim : 8]
Nabi saw Juga bersabda :
“Kullu Bani Adam khotto’un’, wa khoirul khottoina attawaabun”.
Artinya : “setiap anak cucu Adam pasti berbuat Dosa, dan sebaik-baik orang  yg berbuat dosa adalah yang bertaubat”. (HR. At Tirmizi & Ibnu Majah)

C.Tahapan Tahapan Taubat .
Tahap pertama : seseorang harus bertaubat dari  melakukan dosa-dosa besar, kemudian bertaubat
dari dosa kecil, perkara makruh, dan perbuatan yang kurang baik.
Tahapan Kedua : Seseorang harus bertaubat dari anggapan bahwa dirinya adalah orang baik, anggapan bahwa dirinya adalah termasuk kekasih Tuhan, anggapan bahwa dirinya telah benar dalam melakukan taubat, dan bertaubat dari segala kehendak hati yang tidak di ridlai Allah.
Tahapan Ketiga : Seseorang harus  bertaubat dari lupa bermusyahadah (mengingat) kepada Allah, walau sekejap.  

D.Cara bertaubat.
1.Menyesali dan mengakui dosa dosa yang dilakukan. Ini seperti yang terjadi dengan taubat nabi Adam ketika ia terlanjur melakukan perbuatan yang dilarang.
2.Berjanji Untuk tidak mengulangi lagi atas perbuatan yang  pernah dilakukannya. 
3.Jika Dosanya berhubungan dengan sesama manusia, maka ia harus mengembalikan barang yang pernah diambilnya atau memminta halalnya.  Allah tidak akan mengampuni selama orang yang bersangkutan
belum meminta maaf kepada orang yang disalahi.

Suatu hari Umar ra datang menemui Rasulullah dengan menangis. Rasulullah pun bertanya kepadanya, Apa gerangan yang menyebabkan engkau menangis, wahai Umar?" Kata Umar, Sungguh hati saya mrasa tersentuh oleh ratapan sorang pemuda yg ada dipintu rumah tuan! Rasulullah pun mmerintahkan Umar untuk mmbawa pemuda itu. Ketika pemuda itu telah sampai dihadapan Rasulullah, beliaupun bertanya kepadanya, "Wahai Pemuda, apa gerangan yang menyebabkan engkau menangis dan meratap?" Pemuda itu menjawab , "Wahai Rasulullah, yang membuat saya menangis ialah banyaknya dosa yang terlanjur saya lakukan ! Saya takut bila Allah murka kepada saya!" Beliau kembali bertanya, "Apakah engkau mempersekutukan Allah dengan sesuatu ?" "Tidak!" jawab pemuda itu. "Apakah engkau telah membunuh orang dengan tanpa hak?" tanya Rasulullah . "tidak !" jawab pemuda itu. "Allah akan mengampuni semua dosamu, meskipun dosamu itu sepenuh tujuh langit dan bumi!" jelas Rasulullah sembari menenangkan pemuda itu. Mendengar penjelasan Rasulullah , pemuda itupun berkata, "Wahai Rasulullah, dosa saya lebih besar dari tujuh langit dan gunung yang tegak berdiri!" Beliau pun menimpali , “Apakah dosamu lebih besar dari kursi ( kekuasaan ) Allah?”. “Dosa saya lebih besar lagi !: ratap pemuda itu. “Apakah dosamu lebih besar dari Arsy?” beliau kembali bertanya. “Dosa saya lebih besar dari itu !” jawab pemuda itu. “Apakah dosamu lebih besar , ataukah Allah?” Tanya Rasulullah. “Allah tentu yang lebih besar dan lebih Agung , tapi saya malu kepadamu, Wahai Rasulullah, jawab pemuda itu. Beliaupun bersabda, :Janganlah engkau malu, beritahukan dosamu kepada saya!” pinta Rasulullah. Oleh karena beliau yang meminta , maka pemuda itupun tak kuasa untuk menolaknya. Akhirnya iapun menceritakan dosa yang telah dikerjakannya, seraya berkata : “Wahai Rasulullah , sungguh saya adalah seorang pemuda pembongkar mayat dalam kubur sejak 7 tahun yang lalu. Suatu ketika ada seorang gadis putri seorang sahabat golongan Anshar yang meninggal dunia, maka saya pun membongkar kuburnya dan mengeluarkannya dari kafannya, karena tergoda bisikan syetan , saya pun menggaulinya. Tiba-tiba gadis itu berbicara, “Tidakkah engkau malu kepada Kitab Allah dan pada hari dia meletakkan ‘kursinya” untuk memberikan hukum serta mengambil hak orang yang dianiaya dari orang yang telah menganiayanya? Mengapa engkau jadikan aku telanjang dihari penghimpunan kelak, dari orang- orang yang telah meninggal dunia? Mengapa engkau jadikan aku berdiri dalam keadaan junub diharibaan Allah? ” Mendengar cerita itu Rasulullah pun meloncat karena gusarnya . Dengan suara keras , beliau berkata, “Wahai pemuda Fasiq, keluar dan jauh-jauhlah kamu dari saya, tidak ada balasan yang pantas untukmu kecuali neraka!” Pemuda itupun keluar dengan menangis sejadi-jadinya . Ia menjauh dari khalayak ramai dan menuju kepadang pasir yang luas, dengan tidak mau makan dan minum sesuatupun, serta tidak bisa tidur sampai tujuh hari lamanya. Tubuhnyapun menjadi lemah dan lunglai, hingga iapun jatuh tersungkur dipermukaan tanah berpasir yang maha luas itu. Seraya meletakkan wajahnya dipasir sambil bersujud, ia berdoa dan meratap. “Wahai Tuhan, aku adalah hamba-Mu yang berdosa dan Bersalah. Aku telah datang ke pintu Rasul-Mu agar dia bisa menolongku di sisi-Mu.
Namun ketika ia mendengar dosaku yang sangat besar, ia mengusir dan mengeluarkan aku dari pintunya. Kini aku datang kepintu-Mu, agar engkau berkenan menjadi penolongku di sisi Kekasih-Mu. Sesungguhnya engkau maha pengasih kepada hamba-hamba-MU . Tak ada lagi harapanku kecuali kepada-Mu . Kalau tidak mungkin, maka lebih baik kirimkan saja api neraka dari sisi-Mu, dan bakarlah aku dengan api itu didunia-Mu ini, sebelum aku engkau bakar diakhirat-Mu nanti!” Sepeninggal pemuda itu , Rasulullah didatangi oleh malaikat jibril , seraya berkata, “Wahai Rasulullah, Allah telah berkirim salam kepada-Mu!” Beliaupun menjawab salam Allah. Setelah itu malaikat Jibril kembali berkata, “Allah bertanya kepadamu , apakah kamu yang telah menciptakan para makhluk? ” Beliau menjawab , “Tentu saja tidak, Allah yang telah menciptakan semuanya!” “Allah juga bertanya kepadamu, Apakah kamu yang telah memberi rezeki kepada makhluk-makhluk Allah?” malaikat jibril kembali bertanya. “Tentu saja Allahlah yang telah memberi rezeki kepada mereka , bahkan juga kepadaku!” jawab beliau. “Apakah kamu yang berhak menerima taubat seseorang?” kembali malaikat jibril bertanya. “Allahlah yang berhak menerima dan mengampuni dosa hamba-hamba-Nya!’ jawab beliau. Mendengar jawaban-jawaban Rasulullah , malaikat jibrilpun berkata , “Allah telah berfirman kepadamu , “ Telah aku kirimkan seorang hamba-Ku yang menerangkan satu dosanya kepadamu, tapi mengapa engkau berpaling daripadanya dan sangat marah kepadanya? Lalu bagaimana keadaan orang-orang mukmin besok, jika mereka itu datang padamu dengan dosa yang lebih besar seperti gunung? Kamu adalah Utusan-Ku yang aku utus sebagai rahmat untuk seluruh alam, maka jadilah engkau orang yang berkasih sayang kepada orang-orang beriman dan menjadi penolong bagi orang-orang yang berdosa . Maafkanlah kesalahan hamba-Ku, karena aku telah menerima taubatnya dan mengampuni dosanya”. Mendengar teguran Allah , Rasulullahpun mengutus beberapa orang sahabatnya untuk menemui pemuda yang pernah diusir Rasulullah itu. Akhirnya mereka menemukannya dan merekapun memberikan kabar gembira tentang ampunan Allah kepadanya. Lalu mereka membawa pemuda itu kepada Rasulullah , dan kebetulan saat mereka sampai beliau sedang mengerjakan Shalat. Maka merekapun segera bermakmum dibelakangnya. Setelah selesai membaca surat Alfatihah beliaupun membaca surat At- takasur baru saja beliau sampai ayat “ Hatta zurtumul maqabir (sampai kamu masuk kedalam kubur),” maka pemuda itupun menjerit keras dan jatuh. Ketika orang-orang telah selesai Shalat, merekapun mendapati ternyata pemuda itu telah meninggal dunia. Allah berkenan menerima taubatnya dan memasukkannya kedalam kelompok hamba Allah Yang Shaleh Wallahu a'lam bisshawab (Kisah ini disadur dari Kitab karya Usman bin Hasan bin Ahmad Asy Syakir Al-kahaubawiyyi , yang berjudul “ Durratun Nasihin”Bab taubah ).

F.Hikmah bertaubat

1. Menggembirakan Allah
Rasulullah bersabda, “Sungguh, Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya daripada kegembiraan salah seorang dari kalian yang menemukan ontanya yang hilang di padang pasir.” (HR.Bukhari dan Muslim).

2. Dicintai Allah
Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS.al-Baqarah: 222). Rasulullah bersabda, “Orang yang bertaubat adalah kekasih Allah. Orang yang bertaubat atas dosanya, bagaikan orang yang tidak berdosa.”(HR.Ibnu Majah).


3. Dosa-dosanya di ampuni
Rasulullah bersabda, “Allah telah berkata,’Wahai hamba-hamba-Ku, setiap kalian pasti berdosa kecuali yang Aku jaga. Maka beristighfarlah kalian kepada-Ku, niscaya kalian Aku ampuni. Dan barangsiapa yang meyakini bahwa Aku punya kemampuan untuk mengamouni dosa-dosanya, maka Aku akan mengampuninya dan Aku tidak peduli (beberapa banyak dosanya).”(HR.Ibnu Majah, Tirmidzi).
Imam Qatadah berkata,”Al-Qur’an telah menunjukkan penyakit dan obat kalian. Adapun penyakit kalian adalah dosa, dan obat kalian adalah istighfar.” (Kitab Ihya’Ulumiddin: 1/410).

4.Mengecewakan Syaiton
Sesungguhnya syetan telah berkata,”Demi kemulian-Mu ya Allah, aku terus-menerus akan menggoda hamba-hamba-Mu selagi roh mereka ada dalam badan mereka (masih hidup). Maka Allah menimpalinya,”Dan demi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku senantiasa mengampuni mereka selama mereka memohon ampunan (beristighfar) kepada-Ku.”(HR.Ahmad dan al-Hakim).

5. Membuat Syaiton putus asa
Ali bin Abi thalib pernah didatangi oleh seseorang,”Saya telah melakukan dosa’.'Bertaubatlah kepada Allah, dan jangan kamu ulangi’,kata Ali. Orang itu menjawab,’Saya telah bertaubat, tapi setelah itu saya berdosa lagi’. Ali berkata, ‘Bertaubatlah kepada Allah, dan jangan kamu ulangi’. Orang itu bertanya lagi,’Sampai kapan?’ Ali menjawab,’Sampai syetan berputus asa dan merasa rugi.”(Kitab Tanbihul Ghafilin: 73).

[Diambil dari Kitab Al-Minahus Saniyah, Durotun Nasihin, Irsyadul ‘Ibad Ila sabilir-rosyad & Risalatul Qusyairiyah)
Allahumma anfa'ana bihim,  wabi 'ulumihim fiddaroin   aamiin  3x...