Senin, 30 Mei 2016

DO’A SOSIALISASI KEUANGAN DESA


DI AULA PEMDA PESAWARAN, SELASA 31 MEI 2016 JAM 09.00 WIB
OLEH : MUBAROK,S.Ag

Assalamu ‘alaikum wr. wb.
Salam sejahtera bagi kita semua
Hadirin yang berbahagia, marilah kita berdo’a dengan khusyu’ menurut agama masing-masing
Dan Izinkan, saya untuk memandunya sesuai dengan tuntunan agama Islam

Auudzubillaahi minasy-syaitanir-rajiim
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillahirabbil alamin, Hamda syakirin, hamda na’imin. Hamda yuwafi ni’amahu wayukafi-u maazidah, yaa robbanaa lakalhamdu kamaa yanbaghi lijalaali wajhikalkariimi wa’adziimi shulthonik.
Allohumma sholli sholaatan tunjina bihaa min jami’il ahwaali wal afaat wataqdlilanaa bihaa min jami’il hajaat, wa tuthohhiruuna bihaa min jami’is-sayyi-aat watarfa’unaa bihaa ‘indaka a’la darojaat, watuballighunaa bihaa aqshol ghoyaat, min jami’il khoiroti fil hayaati waba’dal mamat, innaka ‘alaa kulli syai-in qodiir.

Allahumma ya Allah, ya Tuhan kami
Tiada kata dan rasa yang pantas kami haturkan kepada-Mu pagi hari ini, selain syukur kami pada-Mu atas segala nikmat dan hidayah yang sudah Engkau anugerahkan kepada kami, sehingga kami bisa hadir bersama untuk mengikuti rangkaian acara Sosialisasi Keuangan Desa ini. Untuk itu ya Allah ya Rahman ya karim jadikanlah acara kami ini sebagai acara yang engkau ridhoi, yang membawa barokah, rahmat, taufik dan hidayah-Mu buat kami semua.

Ya Allah, yang maha Mengetahui
Ilmu-Mu begitu luas dan tak terbatas. Oleh karena itu, Anugerahkanlah kepada kami ilmu yang bermanfaat sebagai bekal kami dalam menjalani kehidupan, menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat, serta berilah kami kekuatan untuk mampu mengamalkan dan menyebarluaskan ilmu yang telah engkau anugerahkan kepada kami.
Limpahkanlah kepada kami yang hadir pada acara kali ini, kesehatan, kekuatan, kemudahan, dan keikhlasan serta kecerdasan dan kearifan dalam mengikuti Sosialisasi ini

Ya Allah yang maha pengasih
Satukanlah hati kami, padukanlah langkah kami, apungkan pengetahuan dan segarkan pemahaman kami agar kami dapat memetik hikmah yang terkandung di dalamnya. Jadikanlah kegiatan ini sebagai amal ibadah dan dapat terlaksana dengan baik dan sukses.

Ya Allah, Tuhan yang Maha Pengampun

Engkau maha mengetahui terhadap kelemahan-kelemahan kami, terhadap kekurangan-kekurangan kami. Maka dari itu KepadaMulah kami menyembah, kepadaMulah kami memohon ampunan dan pertolongan serta hanya kepadaMu kami melakukan pengabdian, ya Allah kabulkanlah doa dan permohonan kami.

Rabbanaa taqabalminnaa innaka antassamii’ul ‘aliim.
Watub’alainaa innaka antat- tawwaabur-rahiim
Rabbanaa aatinaa fid-dun-ya hasanah, wafil-aakhirati hasanah, waqina ‘adzaabannaar.
Subhaana rabbika rabbil ‘izzati ‘ammaa yashifuun Wassalamun  alal mursalin
Walhamdulillaahirabbil ‘aalamiin.



Kamis, 26 Mei 2016

Al Qaari’ah


                                      Al Qaari’ah 1 – 5


1. Penggeger.
2. Apakah Penggeger  itu?
3. tahukah kamu Apakah hari kiamat itu?
4. pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran,
5. dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.
Tafsirnya :
“Penggeger.” (ayat 1). Kita sudah sama maklum apa arti geger; semua orang menjadi geger, kelibut, heboh, kacau-balau, hoyong ke sana hoyong ke mari. Geger artinya begoncang perasaan karena ketakutan dan kecemasan.
“Apakah penggeger itu?” (ayat 2). Kita artikan Al-Qari’ah, isim fail itu dengan penggeger, karena dia yang menimbulkan kegegeran pada manusia. Dia yang menjadi punca dan sebab.
“Sudah tahukah engkau, apakah penggeger itu?” (ayat 3). Sudah tahukah engkau hai Nabi apakah penggeger itu? Diulang kata geger sampai tiga kali: geger, geger dan geger! Sehingga bertambahlah perhatian atas dahsyatnya hari itu. Itulah Hari Kiamat! Dan kiamat itu pasti terjadi.
Geger! Sebab segala sesuatu berobah; langit akan belah (82:1), bahkan akan hancur (84:1). Matahari akan digulung, bintang-bintang akan gugur, gunung-gunung akan hapus rata, unta bunting tidak diperdulikan lagi, binatang-binatang buas pun telah berkumpul, air laut menggelegak naik (81:1 sampai 6) dan beberapa ayat dan Surat yang lain. Itulah yang menjadikan semuanya menjadi geger dan kacau-balau.
“Di hari yang adalah manusia seakan-akan rama-rama yang bertebaran.” (ayat 4). Bertebaran manusia, atau seakan-akan rama-rama yang bertebaran, beterbangan, tidak tentu lagi tempat hinggap, karena rumah-rumah tempat tinggal manusia pun telah digoncang dihancurkan oleh gempa bumi yang amat dahsyat. Diambil perumpamaan dengan rama-rama, karena rama-rama itu adalah lemah, dan manusia di waktu itu sudah sangat kelihatan lemahnya, tidak berdaya lagi untuk mempertahankan diri, untuk mempertahankan hidup.
“Dan adalah gunung-gunung seperti bulu yang dihamburkan.” (ayat 5). Tegaslah dalam ayat ini, dan disebutkan juga dalam ayat yang lain bahwa gunung tidak ada artinya lagi sebagai pemagar angin yang akan menyapu muka bumi. Gempa bumi itu ada hubungannya dengan letusan yang ada di dalam perut bumi. Lahar meletus bersama api dari puncak kepundan gunung-gunung yang berapi selama ini, dan gunung-gunung lain yang selama ini kelihatan tidak berapi. Lahar yang panas itu melonjak bertebar dan mengalir laksana bulu yang dihamburkan.
Itulah kiamat!

                                     Al Qaari’ah 6 – 11  

6. dan Adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya,
7. Maka Dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.
8. dan Adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,
9. Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.
10. tahukah kamu Apakah neraka Hawiyah itu?
11. (yaitu) api yang sangat panas.
Tafsirnya :
Sebagaimana telah diterangkan juga pada Surat 99, Az-Zalzalah, bahwa segala amalan manusia akan diperlihatkan kepada mereka (ayat 7 dan 8), dalam Surat ini diperjelas lagi, bahwa pada waktu kiamat itu kelak akan diadakan timbangan (Mizan) atau mawazin. Sampai amal sehalus-halusnya, sehalus zarrah, sehalus atom, tidak lepas dari timbangan.
Maka terdapatlah ada timbangan yang berat dan ada timbangan yang ringan: “Maka adapun barangsiapa yang berat timbangannya.” (ayat 6). Yaitu berat kepada yang baik, tegasnya lebih banyak amalnya yang baik dan berguna daripada amalan yang kosong tak berarti: “Maka dia itu adalah dalam kehidupan yang diridhai.” (ayat 7).
Itulah kehidupan di dalam syurga yang telah disediakan Tuhan untuknya. Berlakulah atas dirinya panggilan Tuhan yang telah disampaikan sejak dia masih hidup, dan penggilan itu diturutinya, sebagai termaktub di akhir Surat “Al-Fajr” (89 : ayat 27 sampai 30). Bahwa Nafsul-Muthmainnah telah dipanggil oleh Tuhan supaya kembali kepada-Nya, dalam keadaan ridha dan diridhai, masuk ke dalam kelompok hamba-hamba Tuhan yang setia dan masuk dengan selamat ke dalam syurga yang telah disediakan Tuhan.
“Dan adapun barangsiapa yang ringan timbangannya.” (ayat 8). Karena keranjang tidak berisi amal yang akan membawanya selamat di akhirat, kosong daripada kebajikan: “Maka tempat kembalinya ialah jurang yang dalam.” (ayat 9).Di dalam ayat ini disebut fa ummuhuu; maka ibunya. Dikatakannya jurang yang dalam itu sebagai ibunya, karena ke sanalah tempat dia pulang dan tidak akan keluar lagi.
 “Dan apakah yang memberitahumu; apakah itu?” (ayat 10). Atau: Sudah adakah yang memberitahu kepadamu, Muhammad, apakah jurang yang dalam itu, apakah haawiyah itu? Pertanyaan Tuhan seperti ini, laksana pertanyaan guru kepada murid, untuk menarik perhatian, dan guru sendirilah kelak yang akan memberikan jawabannya, karena selain dari Allah dengan perantaraan Malaikat Jibril tidaklah seorang jua pun yang sanggup memberikan pengetahuan tentang yang ghaib kepada Nabi Muhammad SAW.   Pertanyaan itu dijawab sendiri oleh Tuhan: “Itulah api yang panas!”(ayat 11). Itulah neraka jahannam.
Di dalam sebuah Hadis, Shahih Muslim yang diterimanya, daripada Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW pernah mengatakan:
“Apa kamu ini, yang dinyalakan oleh anak Adam adalah satu bahagian daripada 70 bahagian panasnya dari neraka jahannam.”
Saiyidina Abu Bakar Shiddiq r.a. seketika membicarakan arti berat dan ringannya timbangan ini pernah berkata: “Makanya jadi berat timbangan orang yang berat timbangannya itu ialah karena yang terletak di dalamnya adalah AL-HAQ: Kebenaran.”
Maka sudah sepantasnyalah sesuatu timbangan yang di dalamnya berisi KEBENARAN menjadi berat. Dan makanya ringan timbangan orang yang ringan timbangannya itu, karena yang terletak di dalamnya ialah orang yang BATIL: Suatu Kesalahan. Maka sudah sepantasnyalah timbangan yang berisi KEBATILAN itu ringan adanya.”Menurut pepatah yang terkenal.“Barang yang batil itu tidaklah ada hakikatnya.”                 



Rabu, 25 Mei 2016

KEUTAMAAN DIAM


OLEH : Mubarok,S.Ag
 
A.Pengertian Diam
Diam adalah “  1. tidak bersuara (berbicara), Contoh :semuanya  diam, tidak ada yg berani mengkritik;
2, tidak bergerak (tetap di tempat), Contoh : pencuri itu diam saja ketika hendak ditangkap, tidak lari atau mengadakan perlawanan.  3, tidak berbuat (berusaha) apa-apa,  Contoh : ia diam saja walau dicemooh dan dihina.
Ketahuilah, bahwa bahaya lidah itu besar. Tiada terlepas daripada bahayanya, selain dengan diam. Maka karena itulah, Agama memuji diam dan mengajak kepada diam.

B.Dalil tentang Perintah untuk diam.
1. Hadits Nabi   Saw :

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليسكت
Artinya: “Barangsiapa beriman dengan Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata yang baik atau ia diam".

2. Atsar sahabat.
Diantaranya, ialah: Abubakar Siddiq r.a. meletakkan batu kecil pada mulutnya, untuk mencegah dirinya dari berkata-kata. Ia menunjukkan kepada lidahnya dan berkata: "Inilah yang mendatangkan kepadaku hal-hal kebinasaan".
Ibnu Thaus  juga berkata: "Lidahku itu binatang buas. Jikalau aku lepaskan, niscaya ia makan aku".

C.Hikmah Berlaku diam

1.Terlepas dari Bahaya lisan (Namimah, Ghibah, Dusta dan lain lain).
sesuai dengan Hadits Nabi  Saw :
من صمت نجا
(Man shamata najaa).
Artinya: "Barangsiapa diam, niscaya ia terlepas dari bahaya". (HR. At-tirmidzi dg sanad do’if).

2.Dapat memikirkan akibat yang akan terjadi dikemudian hari.
Sesuai dengan  sabda Nabi  Saw
الصمت حكم وقليل فاعله
(Ash-shamtu hukmun wa qaliilun faa'iluh).
Artinya: "Diam itu suatu hukum dan sedikitlah yang melaksanakannya (HR Ad-dailami).
Yang dimaksung dengan Hukum pada hadits ini, adalah: hikmah dan memikirkan akibat.

3. Dijamin Masuk Surga.
Sesuai dengan Hadits dari Sahl bin Sa'ad As-Sa'idi berkata: "Rasulu'llah  Sawbersabda: "Barangsiapa menjamin bagiku, apa yang diantara dua tulang rahangnya (lidah) dan yang diantara dua kakinya (kemaluan), niscaya akan aku jamin baginya sorga". (HR Bukhori).

4. Diakui sebagai orang beriman. Sesuai dengan Hadits dari Abu Hurairah yang berkata: Rasulu'llah  Saw bersabda:

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليسكت
Artinya: “Barangsiapa beriman dengan Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata yang baik atau ia diam".

5. Hatinya meiliki banyak Hikmah.
Sesuai dengan Hadits Nabi  Sawbersabda: "Apabila kamu melihat orang mu'min itu pendiam dan mempunyai kehormatan diri, maka dekatilah dia! Karena ia akan mengajarkan ilmu-hikmah" (Alhadits).

6.Hatinya dapat menyaring Segala apa yang akan diucapkan oleh lidahnya.
Sesuai  Hadits Nabi  Saw bersabda: "Sesungguhnya lidah orang mu'min itu dibelakang hatinya. Apabila ia berkehendak mengatakan sesuatu, niscaya dipahaminya dengan hatinya.Kemudian, dilalukannya dengan lidahnya. Dan lidah orang munafiq itu, dihadapan hatinya. Apabila ia bercita-cita akan sesuatu, niscaya dilalukan­nya dengan lidahnya dan tidak dipahaminya dengan hatinya" (Dirawikan Al-Kharaithi dari Al-Hasan Al-Bashari.).

7.Terhindar dari Dosa dan Siksa Neraka.
Nabi kita Saw bersabda: "Barangsiapa banyak perkataannya, niscaya banyak terperosoknya. Barangsiapa banyak terperosoknya, niscaya banyak dosanya. Dan barangsiapa banyak dosanya, niscaya neraka lebih utama baginya".


Perkataan itu ada empat bahagian, Yaitu : 1.  Memadorotkan semata-mata, 2.  Manfa'at semata-mata. 3.  Ada padanya madorot dan manfa'at, 4.  Tidak ada padanya madorot  dan manfa'at.